News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Masalah Akut Pasukan Ukraina, Tentaranya Tak Punya Motivasi Berperang, Kini Desersi Meningkat

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Pasukan mobilisasi Ukraina

 

TRIBUNNEWS.COM -- Ukraina dikabarkan terus mengalami kemunduran menghadapi tentara Rusia, para serdadu Volodymyr Zelensky lebih banyak kalah daripada menangnya.

Meskipun senjata-senjata modern dari berbagai negara NATO terus dipasok, namun pada kenyataannya pasukan Ukraina tak kuasa menahan gempuran tentara Rusia di berbagai daerah.

Financial Times menyalahkan tentara mobilisasi yang di bawah standar militer. Mereka dianggap sangat tidak terampil dan penakut, sehingga sangat merugikan kesatuannya sendiri.

Baca juga: Bertemu Zelensky, Donald Trump Janjikan Selesaikan Perang Ukraina-Rusia dengan Cepat

Para komandan memperkirakan bahwa 50 hingga 70 persen pasukan infanteri baru tewas atau terluka dalam beberapa hari setelah memulai rotasi pertama mereka.

"Ketika orang-orang baru tersebut tiba di posisi, banyak dari mereka melarikan diri saat ledakan granat pertama," kata seorang wakil komandan di brigade mekanis ke-72 Ukraina yang bertempur di dekat kota Vuhledar di timur, benteng utama yang coba dikepung Rusia.

Lemahnya militer Ukraina

Seorang pejabat militer Ukraina menyebut bahwa tiap bulan Ukraina telah merekrut sebanyak 30.000 pasukan mobilisasi sejak Mei lalu, sehingga diperkirakan saat ini setidaknya ada 150.000 pasukan tambahan untuk Kiev.

Namun banyaknya pasukan tersebut ternyata tidak membuat banyak kemajuan. Menurut analis dan sejumlah komandan di lapangan, pasukan rekrutan baru tersebut tak punya motivasi untuk berperang membela tanah air.

"Mereka tidak siapsecara psikologis dan fisik. Akibatnya mereka kalah di tewas di garis depan. Angkanya sangat mengkhawatirkan," ujar seorang perwira.

Sebagai contoh beberapa anak buahnya hanyaberdiam diri karena takut menembak musuh. "Dan kemudian mereka sendiri yang masuk kantong mayat atau terluka parah," tambah komandan yang berjuang di wilayah Kurakhove, sebelah selatan Pokrovsk.

Beberapa rotasi yang gagal dalam beberapa bulan terakhir telah menyebabkan Rusia memperoleh keuntungan lebih mudah dari yang diharapkan menuju Pokrovsk.

“Kami paling rentan selama rotasi,” kata wakil komandan. “Saat itulah Rusia mampu maju. Infanteri sangat penting bagi pertahanan kami,” jelasnya.

Kemampuan pasukan mobilisasi dipertanyakan karena mereka hanya dilatih militer selama enam minggu. Usia mereka pun terbilang sudah tidak muda lagi.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-949: Serangan Beruntun Rusia di RS Sumy Tewaskan 10 Orang

Komandan tersebut mengatakan bahwa dari 30 pasukannya, 15 orang usianya sudah di atas 40 tahun, hanya lima orang yang umurnya di bawah 30 tahun. "Garis depan butuh orang berpengalaman dan kuat, namun ini yang terjadi," ujarnya.

Permasalahan lain, karena takutnya pasukan mobilisasi terjun ke garis depan, saat bertempur mereka memilih kabur.

Situs online Strana menyebutkan masalah desersi setelah ada proyek mobilisasi Mei 2024 semakin meluas.

Fenomena Gunung Es

Media Ukraina ini menyebutkan, berdasar data resmi pemerintah, sebanyak 1.577 prajurit dihukum karena meninggalkan unit militer secara tidak sah sejak 2023 lalu.

Namun diyakini bahwa data tersebut hanyalah fenomena gunung es, sebenarnya jauh lebih besar.

Namun anggota parlemen Ukraina Ruslan Gorbenko menyebut bahwa 80 ribuan pasukan Ukraina telah meninggalkan tugasnya. Sementara Volodymyr Boyko, seorang wartawan yang bertugas di Angkatan Bersenjata Ukraina meyakini angkanya bisa mencapai 150 ribu prajurit.

Pada paruh pertama 2024, Duetsche Welle menulis bahwa sebanyak 30 ribuan pasukan Ukraina meninggalkan tugas tanpa izin.

Bahkan mereka berhasil meninggalkan Ukraina melalui oknum-oknum yang bisa menyeberangkan warga dari Ukraina ke negara tetangga seperti Rumania dan Polandia. Sejak Mei (mulai berlakunya UU Mobilisasi) jumlahnya membeludak.

"Sejak Mei jumlahnya bertambah. Dan dari pihak negara yang dituju tidak akan diperiksa dan dipermasalahkan, kecuali mereka sendiri yang mengaku. Setidaknya di Rumania, tidak ada yang mau memeriksanya," kata oknum 'pengangkut' tersebut.

Desersi

Seorang prajurit mobilisasi Ukraina, menurut Strana namanya disamarkan menjadi Sergey (42) mengaku berhasil melalui 'koridor' Rumania setelah 'kalah' dalam peperangan.

Ia mengaku dipaksa oleh agen mobilisasi atau TCC pada 2023 untuk bergabung dengan militer Ukraina setelah tertangkap saat mabuk.

Pria ini terluka saat ikut berperang di Donbass pada Februari 2024 dan dirawat di rumah sakit.

Saat sembuh, ia memutuskan untuk keluar dari rumah sakit namun tidak kembali ke kesatuannya. Sergey justru menuju ke rumah kerabatnya dan menemukan seorang 'agen' dan kemudian menyeberang ke Ukraina.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini