News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Pasukan IDF Menyerang Masuk Lewat Invasi Darat, Tentara Lebanon Dukung Hizbullah atau Israel?

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota pasukan Tentara Lebanon mengibarkan bendera Lebanon di samping bendera Hizbullah. Hubungan antara Tentara Lebanon dan pasukan HIzbullah di Lebanon dinilai memiliki konstalasi menarik dan rapuh.

Pada tahun 1975 hingga 1990, Lebanon dilanda perang saudara, dan menjadi arena militer bagi aktor-aktor regional dan negara-negara besar. 

Rezim politik Lebanon saat ini merupakan sebuah keseimbangan yang rumit antara perwakilan komunitas agama yang berbeda, dan tentara secara konstitusional berada di bawah lembaga-lembaga politik yang anggotanya memiliki pandangan yang saling bertentangan mengenai krisis yang sedang berlangsung.

“Jika terjadi serangan darat, unit-unit militer yang dikerahkan di selatan harus mempertahankan diri dan mempertahankan wilayah Lebanon dengan segala sarana yang mereka miliki,” kata Helou. 

“Tetapi pada dasarnya, misi dari brigade-brigade yang dikerahkan di wilayah Selatan adalah untuk bekerja sama dengan UNIFIL dan bukan untuk menggunakan kekuatan. Jadi ini bukan pasukan tempur, ini bukan pasukan yang akan melawan Israel. Keseimbangan kekuatan sama sekali tidak menguntungkan kami dalam situasi ini."

Menurut Resolusi 1701, Hizbullah seharusnya menarik kelompok bersenjatanya keluar dari Lebanon Selatan, dan khususnya sistem misilnya yang mampu menyasar Israel, tetapi kelompok itu tidak mematuhi hal tersebut.

Hizbullah secara formal merupakan kekuatan politik Lebanon yang sah dan konstitusional, yang sebagian besar terdiri dari kaum Muslim Syiah Lebanon.

Kekuatan bersenjatanya beroperasi sebagai kontingen yang sangat efektif, terpisah dari struktur komando tentara Lebanon, dan bertindak sebagai perpanjangan tangan Iran.

Ketika Hizbullah mengambil inisiatif sepihak untuk menyerang Israel, kekuatan politik Lebanon lainnya dan tentara Lebanon tidak berdaya.

Banyak orang Lebanon dari berbagai kelompok agama tidak akan menganggap kekalahan Hizbullah sebagai masalah besar; mereka bisa dengan mudah menerimanya. 

Namun, di Lebanon, semua orang tahu bahwa ada batas-batas antar-komunitas yang tidak bisa dilanggar. 

“Berkonfrontasi dengan Hizbullah adalah jalan yang pasti dan otomatis menuju perang saudara. Dan para komandaan militer menyadari bahwa prioritas utama adalah stabilitas internal, bukan perang yang dapat berlarut-larut antara tentara (Lebanon) dengan Hizbullah,” kata Helou.

Hubungan antara Hizbullah dan struktur keamanan Lebanon juga ditandai dengan beberapa momen kerja sama penting yang konstruktif: “Kita hanya perlu memikirkan kolaborasi antara Hizbullah dan tentara Lebanon selama periode ekspansi ISIS di Suriah dan Irak, ketika unsur-unsur yang terkait dengan kelompok ISIS dan Al-Nusra hadir dan beroperasi di Lebanon terkait dengan persiapan, pelatihan, dan perekrutan,” kata Claudio Bortolotti, peneliti di International Politics Research Institute yang berbasis di Milan, kepada Euronews.

Sayap bersenjata Hizbullah memiliki struktur paramiliter yang khas.

Kelompok itu memiliki kapasitas balistik yang kuat, namun menggunakan unit gerilya sebagai infanteri dan tidak memiliki angkatan udara atau resimen tank.

Sebaliknya, tentara reguler Lebanon memiliki struktur militer yang khas tetapi persenjataannya tidak memadai.

Keterbatasan Militer Lebanon

Alasan lain mengapa militer Lebanon tidak berperan aktif dalam konflik adalah keterbatasan kekuatan militer.

Tentara Lebanon memiliki peralatan yang kurang modern dan sumber daya yang terbatas jika dibandingkan dengan Hizbullah, apalagi dengan militer Israel. 

Kekuatan tentara konvensional mereka lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas internal ketimbang menghadapi ancaman eksternal seperti Israel.

Hal ini membuat mereka cenderung menghindari bentrokan langsung, karena kekhawatiran bahwa mereka tidak akan mampu menghadapi Israel secara efektif, sementara Hizbullah dengan taktik gerilyanya lebih siap untuk bertempur di medan seperti itu. tentara Lebanon memiliki posisi strategis yang sulit.

 Mereka lebih fokus untuk mempertahankan keutuhan negara dan menekan konflik internal yang berpotensi memecah-belah negara.

Selain itu, keterbatasan anggaran dan dukungan dari komunitas internasional membuat mereka tidak bisa melakukan modernisasi besar-besaran, sehingga fokus mereka lebih banyak pada keamanan internal daripada ikut campur dalam konflik eksternal yang didominasi Hizbullah. 

Pengaruh Internasional Selain faktor internal, militer Lebanon juga dipengaruhi oleh tekanan internasional. Konflik antara Hizbullah dan Israel selalu mendapat perhatian besar dari komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara Arab lainnya.

Dalam banyak kasus, tentara Lebanon mendapat tekanan untuk tidak terlibat secara langsung dalam konflik, guna menghindari eskalasi yang lebih besar.

Negara-negara Barat lebih memilih agar tentara Lebanon berfungsi sebagai kekuatan stabilisasi di dalam negeri ketimbang ikut terlibat dalam konflik yang melibatkan Israel dan Hizbullah.

Sejumlah analis mengatakan, tekanan diplomatik semacam itu membuat tentara Lebanon lebih memilih untuk menjaga ketertiban di dalam negeri dan membiarkan Hizbullah berhadapan dengan Israel. 

Ada kekhawatiran bahwa keterlibatan langsung tentara Lebanon dalam konflik bisa memicu intervensi asing yang lebih luas, dan ini dianggap akan menambah ketegangan di kawasan yang sudah sangat tidak stabil.

 

(oln/anadolu/reuters/kmpscm/*)

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini