Adapun kebijakan baru ini berlaku untuk Ukraina, negara non-nuklir yang belakangan ini kerap menerima dukungan militer dari Amerika Serikat dan negara-negara bersenjata nuklir lainnya.
"Ini adalah sinyal yang memperingatkan negara-negara tersebut tentang konsekuensi jika mereka berpartisipasi dalam serangan terhadap negara kami dengan berbagai cara, tidak selalu dengan nuklir," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Ancaman Perang Dunia 3 di Depan Mata
Merespon ancaman yang dilontarkan Putin, Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi tidak khawatir tentang pembaruan doktrin nuklir Moskow.
Sementara Pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tegas menentang rencana tersebut.
Menurut Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, penggunaan senjata Nuklir merupakan keputusan yang tidak bertanggung jawab.
Blinken bahkan menuduh Putin telah mengguncang "nuclear saber" karena penggunaan senjata nuklir dapat memicu ancaman serius.
"Itu sama sekali tidak bertanggung jawab," kesal Blinken dalam sebuah wawancara dengan MSNBC.
Tak sampai disitu, ia juga menganggap komentar Presiden Rusia itu tidak tepat waktu, karena para pemimpin dunia sedang berkumpul di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB, dan meminta masyarakat internasional untuk membahas perlunya lebih banyak pelucutan senjata.
Sejak menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Putin berulang kali memperingatkan risiko perang yang jauh lebih luas yang melibatkan kekuatan nuklir terbesar di dunia, meskipun ia mengatakan Rusia tidak menginginkan konflik dengan sekutu NATO yang dipimpin AS.
Namun apabila eskalasi perang ini terjadi maka ancaman perang dunia ke-3 semakin di depan mata.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)