TRIBUNNEWS.COM - Bursa saham global merosot dan harga minyak melonjak setelah Iran meluncurkan sekitar 180 rudal ke Israel.
Fenomena ini terjadi akibat pasar menunjukkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih parah setelah perang antara Israel dan Hamas di Gaza tak kunjung berakhir.
Pada Selasa waktu setempat (1/10/2024), saham-saham di AS dan Eropa kompak menunjukkan tren turun tajam setelah Iran melepaskan serangan ke Israel.
Berita tersebut menyebabkan pasar global berbalik arah secara tajam, dengan indeks utama di Wall Street jatuh dan Nasdaq yang banyak berisi saham teknologi turun 1,5 persen.
Sebelumnya, saham Eropa dibuka lebih tinggi setelah laju inflasi tahunan zona euro melambat.
Saham-saham AS ditutup lebih rendah karena reli baru-baru ini mulai melemah menjelang laporan ekonomi minggu ini yang diharapkan dapat menjelaskan arah suku bunga.
Suasana juga memburuk ketika pekerja pelabuhan AS di pelabuhan di pantai Timur dan Teluk menggelar aksi mogok massal yang bisa menyebabkan dampak kehilangan miliaran dolar sehari dan meningkatkan inflasi.
"Peserta pasar melihat dengan cemas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan mogok di pelabuhan AS sambil menunggu data pekerjaan dan manufaktur AS yang penting minggu ini," kata Joe Mazzola, seorang ahli strategi di Charles Schwab.
Data resmi menunjukkan bahwa inflasi zona euro turun di bawah target dua persen dari Bank Sentral Eropa (ECB) pada bulan September untuk pertama kalinya sejak 2021.
"Penurunan ini memberi ruang bagi ECB untuk kembali menurunkan suku bunga pada 17 Oktober," kata GianLuigi Mandruzzato, seorang ekonom di EFG Asset Management.
Baca juga: Peringatkan Israel, Pezeshkian: Ini Baru Sebagian Kecil Kekuatan Kami, Jangan Tantang Iran
Harga Emas dan Minyak Mentah Justru Naik
Tren berbeda ditunjukkan komoditas keras atau pertambangan seperti logam mulia dan minyak mentah.
Harga emas, yang dianggap sebagai aset aman, naik sekitar satu persen ke level tertinggi baru di atas $2.600 atau sekitar Rp 39,6 Juta per ons karena ketegangan tersebut.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia yang awalnya turun kini justru melonjak tinggi.
Sebelumnya, harga minyak mentah dunia mengalami tren penurunan karena harapan peningkatan pasokan setelah Libya menunjuk gubernur bank sentral yang baru pada hari Senin (30/9/2024).