TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Republik Islam Iran menangkap seorang petinggi intelijen negara itu karena diduga mengkhianat.
Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad membocorkan hal itu.
Dia mengatakan kepala unit intelijen Iran yang dibentuk untuk melawan operasi Mossad ternyata bekerja sebagai agen ganda untuk Israel.
Mossad adalah badan intelijen Israel.
Ahmadinejad mengatakan hal itu memunculkan dugaan lama mengenai infiltrasi Mossad ke dalam lingkaran intelijen Iran.
Ahmadinejad juga mengklaim 20 agen lainnya di unit tersebut berkhianat dan memberikan informasi sensitif kepada Israel, terutama terkait program nuklir Iran.
Dia menyatakan para agen ganda ini berada di balik beberapa operasi sukses Mossad di Iran, termasuk pencurian dokumen penting program nuklir Iran pada 2018.
Dokumen yang dibawa ke Israel oleh Mossad tersebut kemudian dipaparkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang diyakini turut mempengaruhi keputusan Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran.
“Kepala unit kontraintelijen yang membelot itu terungkap pada 2021, tetapi dia dan para agen lainnya berhasil melarikan diri dari Iran dan kini hidup di Israel,” kata Ahmadinejad dalam wawancara dengan CNN Turk pada Senin (30/9/2024), dikutip dari Times of Israel.
Perkuat Dugaan
Pengakuan Ahmadinejad ini memperkuat dugaan bahwa Mossad telah lama menembus lembaga-lembaga kunci di Iran.
Pada 2022, mantan menteri yang juga penasihat mantan Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan bahwa para pejabat senior di Teheran harus berhati-hati karena penyusupan agen Israel sudah semakin dalam.
Ahmadinejad menegaskan pengkhianatan para agen ini merupakan faktor penting dalam berbagai operasi Mossad di Iran, termasuk serangkaian ledakan misterius yang menimpa fasilitas nuklir Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh pada 2020, yang diduga kuat melibatkan tim Mossad.
Pengungkapan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran serta dengan kelompok-kelompok yang didukung Teheran seperti Hizbullah dan Hamas.
Alat Komunikasi Diretas
Dalam dua pekan terakhir, ribuan perangkat komunikasi termasuk penyeranta atau pager dan walkie-talkie, meledak di Lebanon, menyebabkan puluhan orang tewas termasuk anak-anak, dan melukai ribuan lainnya.
Hizbullah menuding Israel berada di balik serangan tersebut. Israel tidak membantah maupun mengonfirmasi tudingan tersebut.
Menurut laporan The New York Times yang mengutip pejabat-pejabat Amerika Serikat dan sumber lainnya, Israel menanamkan bahan peledak dalam pager-pager yang diimpor Hizbullah.
Pada Jumat (27/9/2024), serangan udara Israel ke Beirut, Lebanon, menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Nasrallah diduga tewas setelah Israel mendapat informasi dari agen Iran yang membelot.
Pascatewasnya Nasrallah, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei segera dipindahkan ke lokasi yang aman oleh pihak keamanan Iran.
Iran pun kemudian meluncurkan serangan rudal balasan ke Israel para Selasa (1/10/2024).
Iran mengatakan serangan tersebut untuk membalas pembunuhan terhadap pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, Nasrallah, dan pejabat-pejabat Iran yang dilakukan Israel.
Serangan Israel ke Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman, dan serangan balasan Iran pada Selasa, diperkirakan akan membuat Timur Tengah berada di ambang perang skala besar.
Sumber: Times of Israel/CNN