TRIBUNNEWS.COM - Israel melakukan serangan berturut-turut di pinggiran selatan Beirut pada Kamis (3/10/2024) malam.
Media Lebanon melaporkan serangan itu menargetkan petinggi Hizbullah, Hashem Safi Al-Din, yang dianggap sebagai calon paling menonjol penerus Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang dibunuh Israel pada Jumat (27/9/2024).
"Serangkaian serangan Israel menargetkan pinggiran selatan,” kata Kantor Berita Nasional Lebanon, Jumat (4/10/2024).
Sumber yang dekat dengan Hizbullah mengindikasikan jumlah serangan mencapai 11 serangan Israel berturut-turut.
Serangan tersebut dianggap sebagai serangan yang lebih kejam dibandingkan serangan yang membunuh Hassan Nasrallah.
Hashem Safi Al-Din Sembunyi di Bunker
Koresponden surat kabar Axios, Barak Ravid, mengutip sumber Israel yang mengatakan serangan Israel di pinggiran selatan itu menyasar pemimpin senior Hizbullah, Hashem Safi Al-Din.
Laporan tersebut mengatakan Hashem Safi Al-Din berada di bunker bawah tanah.
Channel14 Israel mengonfirmasi Hashem Safi Al-Din adalah sasaran penggerebekan baru-baru ini.
"Pihak keamanan yakin bahwa operasi untuk menargetkan Safi al-Din akan berhasil," menurut laporan Channel13 Israel.
Sementara itu, Channel12 Israel mengatakan tentara Israel belum dapat mengonfirmasi nasib Hashem Safi Al-Din.
Baca juga: Pertempuran Memanas, Hizbullah Gagalkan Upaya Israel dan Tewaskan 17 Pasukan IDF
"Bom menembus tempat persembunyian Hashem Safi Al-Din, dan tidak ada konfirmasi mengenai nasibnya," lapor Channel12 Israel.
Hashem Safi Al-Din disebut sebagai orang kedua di Hizbullah dan kandidat untuk memimpin Hizbullah setelah pembunuhan Hassan Nasrallah pada Jumat pekan lalu, oleh pemboman Israel terhadap markas besar Hizbullah di pinggiran selatan Beirut.
Israel memulai serangan darat ke Lebanon pada Selasa (1/10/2024) dengan dalih menargetkan Hizbullah setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Jumat (27/9/2024).
Setidaknya 37 orang tewas dan 151 terluka akibat serangan Israel di Lebanon selama 24 jam terakhir, menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan Lebanon.