Dirancang untuk berpasangan dengan jet tempur generasi kelima seperti Su-57, drone berfungsi sebagai operator ke depan dalam pengintaian, peperangan elektronik, dan mengeksekusi serangan langsung.
Kemampuan silumannya memungkinkannya untuk menyusup ke daerah-daerah yang sangat dipertahankan, memberikan intelijen real-time atau serangan presisi, yang sangat penting dalam lanskap peperangan saat ini.
Pada catatan yang berbeda, Rusia mencari S-70 Okhotnik untuk meningkatkan statusnya di panggung dunia dalam industri senjata.
Ini secara efektif menjadi respons Rusia atas langkah teknologi yang dibuat oleh Amerika Serikat dan China dalam penerbangan tak berawak.
Di bidang persaingan strategis, drone ini memberi Rusia tidak hanya alat untuk menjaga taruhan nasionalnya tetapi juga sarana yang signifikan untuk pengaruh militer dan geopolitik.
Menawarkan jangkauan operasional yang mengesankan sekitar 6.000 kilometer dan mampu membawa berbagai senjata, Okhotnik dapat beroperasi di hamparan geografis yang luas, bahkan menjangkau wilayah yang jauh melampaui wilayah Rusia. Perkembangan drone menyoroti
Ambisi Moskow untuk tetap kompetitif secara global dan mengkalibrasi ulang strategi militernya agar sesuai dengan kebutuhan medan perang kontemporer.
Pada Oktober 2024, pesawat pengintai S-70 Okhotnik Rusia hampir selesai dan digadang segera memasuki masa tugas.
Angkatan bersenjata Rusia diperkirakan akan mulai menerima unit pertama pada 2024.
UAV ini sudah dalam tahap akhir pengujian dan demonstrasi dan direncanakan untuk bekerja bersama Su-57, jet tempur generasi kelima canggih Rusia.
Okhotnik dirancang untuk bertindak sebagai “loyal wingman” buat Jet Tempur Su-57, meningkatkan jangkauan radar pesawat tempur dan ruang lingkup misi jarak jauh.
Tes terbaru telah berhasil menunjukkan kemampuan tempur, termasuk misi menggunakan 500 kg bom.