News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Washington Post: Hamas Bangun Mesin Perang Bawah Tanah untuk Bertahan Hidup

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terowongan Hamas yang digunakan sebagai tempat pembuatan bahan peledak. Enam tentara Israel tewas karena ledakan di terowongan Hamas, Senin, (9/1/2024). - Laporan Washington Post yang dipublikasikan pada hari Sabtu (5/10/2024) kemarin mengungkapkan kalau Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar telah mempersiapkan serangan skala besar terhadap Israel selama berbulan-bulan.

TRIBUNNEWS.COM - Laporan Washington Post yang dipublikasikan pada Sabtu (5/10/2024), mengungkapkan Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, telah mempersiapkan serangan skala besar terhadap Israel selama berbulan-bulan.

Bahkan, rencana itu telah tersusun rapi enam bulan sebelum Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan pada 7 Oktober 2023.

Laporan Washington Post mengungkap wawasan baru tentang bagaimana Hamas, di bawah kepemimpinan Sinwar, dengan cermat mengatur operasi, mengumpulkan senjata dan membangun jaringan terowongan bawah tanah yang rumit di Gaza.

Menurut sumber yang bertemu dengan Sinwar di awal tahun 2023, pemimpin Hamas itu telah mengisyaratkan rencana yang signifikan, meskipun tidak ada rincian spesifik yang diberikan saat itu.

"Hamas yang dibangun Sinwar bukan sekadar kelompok proksi," kata para pejabat dan pakar.

Meskipun bertahun-tahun terisolasi di jalur padat penduduk, Hamas menghabiskan waktu bertahun-tahun menyempurnakan mesin perangnya.

Kelompok militan yang menguasai Gaza itu membuat mesing perang yang dapat membuat amunisinya sendiri dan melaksanakan operasi tanpa persetujuan atau bahkan diketahui pihak luar.

Washington Post menyebut Hamas mengembangkan persenjataan canggih berupa roket rakitan dan alat peledak rakitan di dalam terowongan bawah tanah yang rumit.

Laporan itu menuduh Hamas mengandalkan dukungan keuangan eksternal dan pelatihan dari Iran.

Akan tetapi, klaim ini belum sepenuhnya diverifikasi karena kurangnya bukti substansial.

Hal ini juga menunjukkan sebagian besar sumber daya Hamas dilaporkan diambil dari dana bantuan, sumbangan amal, dan pendapatan pajak lokal.

Baca juga: Israel Klaim Hancurkan Terowongan Hizbullah saat Invasi Lebanon Selatan

Terowongan bawah tanah Hamas

Investigasi Washington Post, yang didasarkan pada wawancara dengan analis militer dan intelijen serta pejabat Palestina, menunjukkan bagaimana Hamas menjadi sangat mandiri, memproduksi hingga 80 persen senjatanya secara lokal.

Sistem terowongan bawah tanah Hamas yang luas, yang sering disebut sebagai "metro Gaza", memungkinkan pergerakan senjata dan pejuang tanpa diketahui oleh pengawasan Israel.

Pejabat pasukan pendudukan Israel (IOF) dilaporkan terkejut dengan skala jaringan terowongan Hamas, yang membentang ratusan mil dengan bunker dan lorong yang mencapai hingga 120 kaki di bawah tanah.

Sistem terowongan tersebut tidak hanya memfasilitasi operasi 7 Oktober, tetapi juga memungkinkan Hamas untuk terus bertempur meskipun ada respons militer Israel yang intens dan kerugian besar yang diderita.

Menurut analis Israel, AS, dan Arab, terowongan tersebut berfungsi untuk menyembunyikan produksi senjata.

Para pejabat mengatakan terowongan Hamas juga berfungsi sebagai jaringan komunikasi, depot pasokan, sistem jalan raya, jaringan pipa logistik, tempat perlindungan bom, dan rumah sakit lapangan.

Lubang terowongan tersembunyi digunakan sebagai tempat persiapan untuk penyergapan.

Tempat tinggal bawah tanah menjadi pusat komando dan fasilitas penahanan bagi para sandera Israel.

"Pergeseran strategis Sinwar difokuskan pada memastikan Hamas dapat berfungsi tanpa bantuan eksternal yang substansial, sehingga memungkinkannya mempertahankan perlawanannya sepanjang perang berkepanjangan," Washington Post menulis.

Bahkan setelah kehilangan ribuan pejuang dan beberapa komandan utama, Hamas tetap aktif.

Jaringan terowongan itu sangat penting bagi kelangsungan hidup kelompok itu, tetapi cadangan uang dan sumber daya dilaporkan semakin menipis, dan kondisi kemanusiaan di Gaza telah memburuk secara drastis, dengan ribuan warga sipil tewas dan sebagian besar wilayah hancur.

Meskipun mengalami kemunduran ini, upaya perekrutan Hamas tetap kuat, didorong oleh balas dendam dan kemarahan di kalangan pemuda Palestina.

Laporan tersebut menyoroti meningkatnya kekhawatiran di kalangan pejabat Israel dan internasional bahwa Hamas, meskipun melemah, dapat bangkit kembali dan terus menimbulkan ancaman serius.

Strategi bertahan hidupnya, yang mencakup senjata produksi lokal dan jaringan terowongan yang luas, telah mendorong penilaian ulang tentang bagaimana Israel dan sekutunya menghadapi konflik yang sedang berlangsung.

Saat perang memasuki fase baru, para ahli memperingatkan bahwa Hamas mungkin beralih ke taktik gaya pemberontakan, termasuk penggunaan IED dan perang gerilya, yang berpotensi menimbulkan tantangan jangka panjang bagi pasukan Israel yang menginvasi Gaza.

Baca juga: Hamas Kirim Roket ke Tel Aviv, IDF Perintahkan Warga Gaza di Khan Yunis Ngungsi ke Al-Mawasi

Peringatan 1 Tahun Perang Gaza

Terhitung per hari ini, Senin (7/10/2024), perang Israel dengan Hamas yang berlangsung di Gaza, Palestina, telah genap satu tahun.

Dalam 365 hari, tercatat 60 persen bangunan di Gaza rusak atau hancur akibat agresi Israel.

Laporan Axios mengungkapkan gempuran Israel di Gaza dalam setahun terakhir telah menghancurkan infrastruktur utama dan mengganggu kehidupan sehari-hari warga Palestina.

"Hingga 25 September, Pasukan Pendudukan Israel (IOF) telah merusak atau menghancurkan lebih dari 60 persen bangunan di Gaza," menurut studi data satelit yang dilakukan oleh Jamon Van Den Hoek dari Universitas Negeri Oregon dan Corey Scher dari CUNY Graduate Center.

Menurut dua investigasi Pusat Satelit Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkini, diperkirakan 227.591 unit hunian rusak atau hancur, demikian pula dengan 68 persen jaringan jalan di jalur tersebut.

lihat foto Mantan tawanan Israel, Adina Moshe, menyebut terowongan Hamas di Gaza sangat luas dan rumit. IDF tak akan paham. (Tangkap layar Palestine Chronicle)

Tak hanya itu, Al Mayadeen melaporkan 90 persen penduduk di wilayah yang terkepung itu juga terusir dari tanah yang mereka tempati.

Oxfam minggu lalu melaporkan bahwa hanya 17 dari 36 rumah sakit yang masih berfungsi, dengan menyatakan bahwa "semuanya mengalami kekurangan bahan bakar, pasokan medis, dan air bersih."

Bencana kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, Middle East Monitor yang mengutip Kementerian Kesehatanmelaporkan 41.870 orang tewas, 97.166 terluka, dan;11.000 orang hilang.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Associated Press pada bulan September bahwa ia "belum pernah melihat tingkat kematian dan kehancuran seperti yang kita lihat di Gaza dalam beberapa bulan terakhir."

Menurut badan PBB yang mengoordinasikan bantuan kemanusiaan, sekitar 90 persen penduduk Gaza telah dipindahkan secara paksa setidaknya sekali selama setahun terakhir.

Banyak warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka beberapa kali, pindah ke lahan yang lebih sempit, dan terputus dari akses air bersih, listrik, dan perawatan kesehatan.

Menurut Reuters, kerawanan pangan di Gaza mungkin meningkat sebagai akibat dari prosedur bea cukai baru untuk barang-barang kemanusiaan.

"Israel" telah membombardir Jalur Gaza dengan kejam, menyasar rumah sakit dan sekolah dengan kedok menyasar markas besar Hamas . Beberapa investigasi independen tidak menemukan bukti tentang klaim palsu tersebut.

Bahkan, agresi Israel melebar ke Lebanon.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini