TRIBUNNEWS.COM - Unit perencanaan di Angkatan Bersenjata Iran telah menyiapkan setidaknya 10 skenario yang sesuai untuk menanggapi setiap serangan Israel, yang akan mereka terapkan jika diperlukan.
"Skenario ini memiliki potensi untuk diperbarui, dan ini adalah bukti keseriusan Iran dalam menanggapinya,” kata sumber-sumber militer Iran yang mengonfirmasi kepada Tasnim Agency Iran, Senin (7/10/2024).
Sumber itu mengatakan Iran bisa membalas serangan Israel dengan cara yang sama ataupun berbeda dari cara Israel menyerang Iran.
“Tanggapan Iran tidak harus berupa perlakuan timbal balik dan pada tingkat yang sama dengan apa yang dilakukan Iran. Israel melakukan hal yang sama, namun hal ini bisa menjadi lebih parah dan mencakup tujuan yang berbeda untuk meningkatkan efektivitas situasi tersebut," lanjutnya.
Sumber-sumber militer Iran menunjukkan wilayah Israel jauh lebih kecil daripada wilayah Iran, sehingga serangan balasan di wilayah itu dapat menyebabkan dampak yang besar.
“Geografi entitas Zionis jauh lebih kecil daripada Iran dan infrastrukturnya lebih sensitif, dan respons Iran dapat menciptakan masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi entitas tersebut,” kata sumber itu.
“Banyak negara telah memberi tahu Iran bahwa mereka (Israel) akan melakukan hal yang sama," tambahnya.
Iran juga mengancam negara mana pun yang membantu Israel untuk menyerang Iran akan mendapat balasan yang sama seperti Israel.
"Kami bersumpah bahwa negara mana pun yang membantu Zionis dalam potensi agresi mereka (terhadap Iran) telah melewati garis merah Iran dan akan dirugikan," lanjutnya.
Tidak Ada "Kekalahan" dalam Kamus Iran
Ketua Parlemen Iran, Mohammad Bagher Qalibaf, mengatakan Iran tidak akan menyerah dalam menghadapi agresi dan serangan Israel.
Baca juga: Iran Telah Siapkan Respons jika Israel Balas Menyerang, Ada Banyak Target Iran
"Republik Islam Iran tidak dan tidak akan membuat kesalahan dalam perhitungan dalam menghadapi Israel," katanya saat berbicara di Forum Solidaritas dengan Anak-anak dan Pemuda Palestina yang diadakan di Teheran pada Senin kemarin.
“Tidak ada tempat untuk kekalahan dalam kamus kami," lanjutnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Pertama Iran, Mohammad Reza Arif, mengatakan Iran tidak akan mundur dari komitmennya, meski mendapat banyak ancaman.
"Ancaman apa pun tidak akan mendorong kita untuk mundur,” kata Mohammad Reza Arif, seperti diberitakan Middle East News.
Mohammad Reza Arif menekankan Iran telah membuktikan hal ini selama empat dekade bahwa negaranya akan terus melanjutkan tindakannya dengan tegas.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi yang baru-baru ini berkunjung ke Beirut, Lebanon, menekankan perlunya solusi diplomatik agar Israel tidak memperluas serangannya ke Lebanon dan menghentikan agresinya di Jalur Gaza.
“Republik Islam Iran tidak menginginkan eskalasi dan perang, namun juga tidak akan takut dan akan menanggapi dengan tegas dan tepat setiap tindakan dan petualangan baru entitas Zionis (Israel)," katanya kepada Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdel Ati, dalam panggilan telepon kemarin.
Sebelumnya, Iran meluncurkan 180 rudal dalam serangan balasannya terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024) malam, yang menargetkan pangkalan Mossad, pangkalan udara Hatzrim dan Nevatim, radar, dan pusat perakitan tank Israel.
Serangan balasan itu untuk merespons Israel atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan sejumlah petinggi militer Garda Revolusi Iran (IRGC).
Tentara Israel (IDF) mengakui beberapa rudal menghantam pangkalan udaranya, namun mengklaim rudal-rudal itu dicegat oleh Israel dan koalisi pertahanan yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.870 jiwa dan 97.166 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (6/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari AFP.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel