TRIBUNNEWS.com - Laporan Reporters Without Bordes (RSF) mengungkapkan Israel telah mengubah Gaza menjadi tempat paling mematikan bagi jurnalis, selama setahun genosida yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Jurnalis, dalam laporan RSF, menjadi sasaran dan dibunuh, ruang redaksi dihancurkan, internet dan listrik diputus, hingga pers asing diblokir, sejak dimulainya serangan Israel di Gaza.
Pasukan Israel telah secara sistematis menghancurkan infrastruktur media di wilayah Palestina dan melumpuhkan jurnalisme.
Sejak bom pertama jatuh di Gaza pada 7 Oktober 2023 pagi, hak atas informasi tentang apa yang terjadi di Gaza terus terkikis setiap harinya karena pemblokiran media oleh Israel.
Kantor Media Gaza mencatat jumlah jurnalis yang tewas mencapai 175 orang.
Hal ini berarti ada empat jurnalis yang tewas setiap minggunya sejak 7 Oktober 2023.
Sementara, RSF merilis ada lebih dari 130 jurnalis, hampir semuanya warga Palestina, yang tewas akibat serangan Israel.
Menurut informasi RSF, jurnalis menjadi sasaran dan dibunuh saat bekerja.
Hampir semua jurnalis di Gaza telah mengungsi beberapa kali dalam setahun terakhir.
Mereka yang dipaksa mengungsi, tak punya kemungkinan untuk kembali ke Gaza.
Sementara itu, Israel terus menutup akses ke Gaza bagi jurnalis asing.
Baca juga: 3 Tujuan Israel di Gaza Selama Satu Tahun Serangan Belum Tercapai, Hamas Masih Kokoh Tak Terkalahkan
Beberapa jurnalis asing yang diizinkan masuk, berada di bawah pengawasan ketat tentara Israel.
Penindasan Israel terhadap jurnalis di Gaza berlanjut hingga tahap kantor-kantor pers dihancurkan, jurnalis ditangkap dan disiksa, dan internet serta listrik secara berkala diputus.
Jurnalis yang berjuang meliput genosida di Gaza, serang menjadi korban kampanye propaganda Israel yang mempertanyakan integritas mereka.