"Mereka terjebak di dalam rumah mereka, takut bom akan jatuh di kepala mereka."
Banyak warga sipil juga terjebak di bawah reruntuhan.
Sementara itu, Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan pada hari Sabtu bahwa tidak ada lagi ambulans di wilayah utara yang beroperasi karena bahan bakar hampir habis.
Pelapor Khusus PBB Mengecam
Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki mengecam serangan di wilayah utara Gaza.
Francesca Albanese mengatakan warga Palestina di Jabalia dibunuh, baik secara berkelompok maupun satu per satu, di tengah kekejaman dan kesadisan oleh pasukan Israel.
Serangan Israel dilakukan dengan senjata Barat, lanjut Albanese.
"Saya sangat terkejut saat tahu bahwa KITA TAHU apa yang dilakukan Israel dan kita tidak dapat menghentikannya. Melihat keadaan kita 100 tahun lalu, tidak banyak kemajuan yang telah dicapai," tulisnya dalam sebuah unggahan di X.
Meski serangan utama difokuskan di wilayah utara, Israel juga menyerang wilayah lain di Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan melaporkan sedikitnya 11 orang tewas hingga Minggu pagi, termasuk sedikitnya enam orang di sebuah rumah di kamp Bureij, Jalur Gaza bagian tengah, sebelah selatan Kota Gaza.
Pejabat Palestina dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan tidak ada wilayah aman di Gaza.
Mereka juga menyuarakan kekhawatiran atas kekurangan parah makanan, bahan bakar, dan pasokan medis di Gaza utara, serta mengatakan ada risiko kelaparan di sana.
Baca juga: Iran Siap Perang Lawan Israel demi Gaza dan Lebanon: Kami Tak Takut, tapi Kami Tak Menginginkannya
Tujuh misi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah diblokir oleh Israel untuk mencapai wilayah utara dalam beberapa hari terakhir, kata PBB.
Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa tidak ada bantuan pangan yang mencapai Gaza utara sejak 1 Oktober.
Sementara itu, Israel terus membombardir wilayah Gaza lainnya dan Lebanon, dengan jumlah korban tewas meningkat setiap hari.