TRIBUNNEWS.COM - Hizbullah memasukkan pangkalan angkatan laut Israel, Stella Maris, sebagai salah satu target strategis di barat laut Haifa, Israel utara, Palestina yang diduduki.
Stella Maris muncul dalam video pengintaian Hizbullah,"Seri Hoopoe 3", yang dirilis media Hizbullah pada 9 Oktober 2024.
"Para pejuang telah menargetkan pangkalan angkatan laut Stella Maris di barat laut Haifa dengan peluncur rudal khusus, untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza dan untuk membela Lebanon dan rakyatnya," kata Hizbullah dalam pernyataannya, Senin (14/10/2024).
Pengumuman itu tak lama setelah Hizbullah meluncurkan serangan khusus terhadap pangkalan militer Israel milik Brigade Golani di Binyamina, selatan Haifa yang membunuh empat tentara Israel.
Serangan tersebut dalam kerangka serangkaian Operasi Khyber sebagai tanggapan atas serangan dan pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan Israel.
"Kami akan tetap hadir dan siap membela Lebanon serta rakyatnya yang sombong dan tertindas,” kata Hizbullah, seperti diberitakan Al Mayadeen.
Hizbullah menegaskan tidak akan ragu untuk melaksanakan tugasnya untuk menghalangi pendudukan Israel.
Apa Pentingnya Pangkalan Stella Maris bagi Israel?
Pangkalan Stella Maris adalah pangkalan strategis untuk pengawasan maritim dan pengawasan tentara Israel di sepanjang pantai barat laut Haifa.
Pangkalan ini didirikan pada tahun 1960an, dan telah mengalami perkembangan signifikan sejak saat itu untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Laut Israel.
Pangkalan tersebut terletak di Teluk Haifa, sekitar 15 kilometer dari utara kota Haifa, yang menjadikannya lokasi strategis yang memungkinkan akses cepat ke Laut Mediterania.
Baca juga: Israel Akui Invasi Darat ke Lebanon seperti Perang di Hutan: Tak Ada Jalan Pintas
Stella Maris dianggap sebagai salah satu pangkalan angkatan laut utama di Israel dan ditujukan untuk mendukung berbagai operasi angkatan laut Angkatan Laut Israel, seperti dikutip dari Al Arabiya.
Pangkalan tersebut mencakup berbagai kapal angkatan laut, termasuk kapal patroli “914”, armada kapal rudal “Shayetet 3”, armada kapal selam “Shayetet 7”, dan unit misi bawah air “YALTAM” Nomor 707.
Hal ini menjadikan Pangkalan Stella Maris sebagai titik strategis untuk operasi militer di laut.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Selain Jalur Gaza, Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024) dengan dalih menargetkan Hizbullah.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.289 jiwa dan 98.684 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (14/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel