TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengklaim pasukan Israel menemukan senjata modern Rusia selama pemeriksaan di pangkalan Hizbullah di Lebanon selatan.
Ia menegaskan Israel tidak menginginkan perang saudara baru di Lebanon.
"Pecahnya perang saudara baru di Lebanon merupakan sebuah tragedi. Kami tentu saja tidak bermaksud memprovokasi perang semacam itu, dan Israel tidak bermaksud mencampuri urusan dalam negeri Lebanon," katanya.
“Satu-satunya tujuan kami adalah memungkinkan warga kami yang tinggal di sepanjang perbatasan Lebanon untuk kembali ke rumah mereka dan merasa aman," lanjutnya.
Netanyahu kemudian membahas Resolusi 1701 yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB pada tahun 2006, yang hanya mengizinkan tentara Lebanon untuk membawa senjata di wilayah selatan Sungai Litani.
“Namun, di daerah ini, Hizbullah menggali ratusan terowongan dan bunker, di mana kami baru saja menemukan sejumlah senjata modern Rusia,” kata Netanyahu kepada surat kabar Le Figaro, Rabu (16/10/2024), tanpa menyebut jenis senjata tersebut.
Selain itu, senjata anti-tank Rusia dan Tiongkok ditemukan selama serangan Israel ke Lebanon sejak meningkatnya konflik dengan Hizbullah yang didukung Iran bulan lalu, kata surat kabar Amerika Serikat (AS), The Washington Post, mengutip para pejabat Israel.
Tentara Israel tidak segera menanggapi pertanyaan Agence France-Presse (AFP) tentang pernyataan Netanyahu.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Selain Jalur Gaza, Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024) dengan dalih menargetkan Hizbullah.
Baca juga: Hizbullah Tuduh Israel Pasangi Roket dengan Bom Cluster yang Dilarang
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.344 jiwa dan 99.013 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (15/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel