TRIBUNNEWS.COM - Berita kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar semakin santer beredar pada Jumat (18/10/2024).
Militer Israel mengklaim telah menewaskan penerus Ismail Haniyeh tersebut dalam serangan bangunan di Rafah, Gaza selatan pada Kamis (17/10/2024) waktu setempat, namun Hamas belum mengumumkannya.
Video dan foto-foto pun beredar di media sosial, memperlihatkan jasad diduga Yahya Sinwar terbaring tak bernyawa di antara reruntuhan.
Lantas siapa sebenarnya Yahya Sinwar dan mengapa pemberitaan kabar kematiannya begitu menjadi sorotan?
Profil Yahya Sinwar merupakan pria yang lahir pada 1962 di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan, mengutip The Journal.
Sinwar bergabung dengan Hamas ketika Sheikh Ahmad Yassin mendirikan kelompok tersebut sekitar waktu intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, dimulai pada tahun 1987.
Sinwar membentuk aparat keamanan internal kelompok tersebut pada tahun berikutnya.
Keluarganya mengungsi dari desa Palestina Al-Majdal – sekarang kota Ashkelon di Israel – selama perang Arab-Israel.
Ia selanjutnya memimpin unit intelijen yang didedikasikan untuk menangkap dan menghukum tanpa ampun – terkadang membunuh – warga Palestina yang dituduh memberikan informasi kepada Israel.
Sinwar merupakan lulusan Universitas Islam di Gaza.
Dirinya mempelajari bahasa Ibrani dengan sempurna selama 23 tahun di penjara Israel dan dikatakan memiliki pemahaman mendalam tentang budaya dan masyarakat Israel.
Baca juga: Kronologi Tewasnya Bos Hamas Yahya Sinwar: Dikejar Drone Zionis Sebelum Ditembak Tank IDF
Empat hukuman seumur hidup
Dia menjalani empat hukuman seumur hidup atas pembunuhan dua tentara Israel ketika dia menjadi yang paling senior dari 1.027 warga Palestina yang dibebaskan sebagai imbalan atas tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2011.
Sinwar kemudian menjadi komandan senior di Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, sebelum mengambil alih kepemimpinan keseluruhan gerakan di Gaza.