News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Dikritik soal Pelanggaran HAM, China Tampar Barat dengan Kenyataan di Gaza, 42 Ribu Orang Tewas

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat, Australia, dan 13 negara lainnya mengkritik China di pertemuan PBB pada Selasa (22/10/2024) mengenai tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Xinjiang dan Tibet.

Menanggapi kritikan itu, China "menampar" Barat dengan situasi di Gaza, di mana lebih dari 42.000 orang telah tewas akibat serangan Israel.

Mengutip Reuters, perlakuan China terhadap warga Uighur dan Muslim lainnya di negara tersebut menjadi isu berulang di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.

Laporan PBB yang dirilis dua tahun lalu mengatakan bahwa penahanan sewenang-wenang dan diskriminatif yang dilakukan China terhadap warga Uighur dan Muslim lainnya di wilayah Xinjiang bisa jadi merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Laporan itu mengatakan bahwa pelanggaran hak asasi manusia yang serius telah dilakukan.

"Kami mendesak China untuk menegakkan kewajiban hak asasi manusia internasional yang telah dipikulnya secara sukarela, dan untuk melaksanakan semua rekomendasi PBB," kata Duta Besar Australia untuk PBB, James Larsen, di depan komite hak asasi manusia Majelis Umum PBB.

"Desakan ini termasuk membebaskan semua individu yang ditahan sewenang-wenang di Xinjiang dan Tibet, dan segera mengklarifikasi nasib dan keberadaan anggota keluarga yang hilang," tambah Larsen.

Duta Besar Australia untuk PBB, James Larsen (Instagram Australian Consulate New York)

Larsen berbicara atas nama Australia, Amerika Serikat, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Islandia, Jepang, Lithuania, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, dan Inggris.

China telah lama membantah semua tuduhan pelanggaran HAM terhadap warga Uighur. 

Duta Besar China untuk PBB, Fu Cong, pada hari Selasa menuduh kelompok negara Barat tersebut menggunakan kebohongan untuk memancing konfrontasi.

"Situasi hak asasi manusia yang seharusnya menjadi perhatian utama komite tahun ini tidak diragukan lagi adalah situasi di Gaza," katanya.

Baca juga: Kedok Israel Terbongkar, 700 KK Daftar untuk Menetap di Gaza, Apa Isi Obrolan Blinken-Netanyahu?

"Australia, AS, dan beberapa negara lainnya, meremehkan situasi yang mengerikan ini, sambil melancarkan serangan dan fitnah terhadap Xinjiang yang damai dan tenang."

Fu mengatakan jika jumlah korban tewas di Gaza tidak cukup untuk membangunkan hati nurani beberapa negara Barat, maka apa yang mereka sebut sebagai perlindungan hak asasi manusia bagi kaum Muslim hanyalah kebohongan terbesar.

Duta Besar Pakistan untuk PBB, Munir Akram, membacakan pernyataan kepada komite hak asasi manusia atas nama 80 negara yang mengatakan bahwa masalah apa pun yang terkait dengan Xinjiang, Hong Kong, dan Tibet adalah masalah internal China. 

Kelompok itu juga mengatakan menentang politisasi hak asasi manusia dan standar ganda.

Siapakah Uighur dan mengapa China dituduh melakukan genosida?

Mengutip BBC International, China dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kemungkinan genosida terhadap penduduk Uighur dan kelompok etnis lain yang sebagian besar beragama Islam di wilayah barat laut Xinjiang.

Kelompok HAM meyakini China telah menahan lebih dari satu juta orang Uighur secara paksa selama beberapa tahun terakhir.

Mereka diduga ditahan dalam jaringan besar yang disebut negara sebagai "kamp pendidikan".

Pemerintah juga menjatuhkan hukuman penjara kepada ratusan ribu orang.

Serangkaian berkas polisi yang diperoleh BBC pada tahun 2022 telah mengungkap rincian penggunaan kamp-kamp ini.

BBC menggambarkan bagaimana petugas kamp dilengkapi senjata dan adanya kebijakan tembak mati bagi mereka yang mencoba melarikan diri.

AS merupakan salah satu dari beberapa negara yang sebelumnya menuduh China melakukan genosida di Xinjiang. 

Kelompok hak asasi manusia terkemuka Amnesty dan Human Rights Watch telah menerbitkan laporan yang menuduh China melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

China membantah semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. 

Siapa Uighur?

Masa umat islam dari berbagai ormas melakukan unjuk rasa Bela Uighur di depan Kedutaan Besar Republik Rakyat China di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2019). Aksi tersebut merespons isu dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh pemerintah China terhadap muslim Uighur. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Laporan BBC tahun 2022 menyebut ada sekitar 12 juta orang Uighur, sebagian besar Muslim, yang tinggal di Xinjiang, yang secara resmi dikenal sebagai Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR).

Baca juga: Amerika Serikat Tolak Barang Impor dari China Hasil Produksi Kerja Paksa Muslim Uighur

Orang Uighur berbicara dalam bahasa mereka sendiri, yang mirip dengan bahasa Turki, dan menganggap diri mereka dekat secara budaya dan etnis dengan negara-negara Asia Tengah. 

Setengah populasi Xinjiang adalah warga Uighur.

Beberapa dekade terakhir telah terjadi migrasi massal orang Tionghoa Han (mayoritas etnis China) ke Xinjiang, yang diduga diatur oleh negara untuk mengurangi populasi minoritas di sana.

China juga dituduh menargetkan tokoh agama Muslim dan melarang praktik keagamaan di wilayah tersebut, serta menghancurkan masjid dan makam.

Aktivis Uighur mengatakan mereka khawatir budaya kelompok tersebut terancam terhapus.

Apa kata China?

Pemerintah China membantah semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. 

Menanggapi Berkas Kepolisian Xinjiang, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan kepada BBC bahwa dokumen tersebut adalah contoh dari suara-suara anti-China yang mencoba mencoreng nama baik negara.

Ia mengatakan Xinjiang menikmati stabilitas dan kemakmuran dan penduduknya menjalani kehidupan yang bahagia dan terpenuhi.

China mengatakan tindakan keras di Xinjiang diperlukan untuk mencegah terorisme dan membasmi ekstremisme Islam dan kamp-kamp tersebut merupakan alat yang efektif untuk mendidik ulang narapidana dalam perang melawan terorisme.

China bersikeras bahwa militan Uighur melancarkan kampanye kekerasan untuk negara merdeka dengan merencanakan pemboman, sabotase, dan kerusuhan sipil.

China juga membantah klaim bahwa mereka mencoba mengurangi populasi Uighur melalui sterilisasi massal.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini