TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikabarkan menolak usulan Mesir yang menyarankan Israel dan Hamas untuk menyetujui gencatan senjata selama 48 jam dan menukar 4 tahanan.
Meski mayoritas menteri Israel mendukung proposal Mesir, pemerintah Israel memutuskan untuk menolak proposal kesepakatan kecil tersebut karena adanya penolakan dari Netanyahu, menurut laporan Channel12 Israel.
Netanyahu dikabarkan meminta kepala Shin Bet, Ronen Bar, untuk pergi ke Mesir untuk mengubah proposal tersebut.
Sementara itu, gerakan perlawanan Hamas menyambut baik inisiatif Mesir untuk perdamaian di Jalur Gaza.
Sebelumnya, Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi, mengumumkan negaranya mengajukan usulan gencatan senjata sementara yang dimulai selama 48 jam, kemudian berlanjut hingga 10 hari dan diselingi perundingan pertukaran tahanan.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers bersama Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune pada Minggu (27/10/2024).
"Presiden Mesir mengindikasikan inisiatif yang diusulkan termasuk pertukaran tahanan Israel dengan beberapa tahanan Palestina, yang jumlahnya tidak disebutkan secara spesifik," menurut laporan Al Arabiya.
Presiden El-Sisi juga menentang segala upaya Israel untuk mengusir paksa warga Palestina keluar dari Jalur Gaza.
Ia menekankan Mesir berperan untuk menghentikan agresi Israel mengingat kehancuran besar yang terjadi di Jalur Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.
Baca juga: Momen Netanyahu Disoraki Kerumunan Warga Israel karena Tidak Bisa Pulangkan Sandera: Memalukan
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.847 jiwa dan 100.544 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (24/10/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dariĀ Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel