TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengatakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak usulan gencatan senjata dari negaranya.
Mikati mengecam serangan Israel yang menghantam pinggiran selatan Beirut pada hari Jumat (1/11/2024).
Serangan itu, menewaskan sedikitnya 52 warga Lebanon dan melukai 72 orang lainnya.
"Serangan itu menyebabkan kerusakan besar di daerah yang menjadi sasaran, dengan puluhan bangunan diratakan," demikian dilaporkan Kantor Berita Nasional (NNA) Lebanon.
Mikati menyatakan, pengeboman terus-menerus di pinggiran selatan Beirut dan serangan di daerah lain membuktikan penolakan Israel terhadap semua upaya yang dilakukan untuk mengamankan gencatan senjata.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Asharq Al-Awsat, Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, juga mengatakan pada hari Jumat bahwa Netanyahu menolak proposal Lebanon, meskipun telah disetujui oleh utusan AS, Amos Hochstein dan Brett McGurk.
Berri menyebutkan, upaya diplomatik untuk mengakhiri agresi Israel di Lebanon ditunda sampai setelah pemilihan presiden AS pada 5 November mendatang.
Politisi Lebanon tersebut, menyatakan bahwa serangan dan ancaman Israel yang terus berlanjut menunjukkan bahwa Israel tidak menginginkan gencatan senjata dengan Lebanon dan justru bersikeras melanjutkan kampanyenya untuk membunuh dan menghancurkan.
Berri menyerukan kepada masyarakat internasional untuk peduli dan menghentikan serangan Israel terhadap Lebanon.
Pada hari Kamis, Netanyahu memberi tahu Hochstein dan McGurk bahwa setiap kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah harus menjamin apa yang disebutnya sebagai "keamanan jangka panjang Israel."
Proposal yang ditengahi AS tersebut mencakup kesepakatan yang mengharuskan Hizbullah mundur sejauh 30 kilometer dari perbatasan, di utara Sungai Litani.
Baca juga: Skandal Baru PM Israel, Netanyahu Cemas Dibom Hizbullah Saat Jalani Sidang Korupsi di Yerusalem
Pasukan Israel juga akan mundur, sementara tentara Lebanon berpatroli di perbatasan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB.
Israel telah melakukan serangkaian tindakan teror dan agresi berdarah di seluruh Lebanon, sambil terus menyerang Jalur Gaza.
Setidaknya 2.865 orang telah tewas dan 13.047 lainnya terluka dalam serangan Israel di Lebanon sejak awal Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan negara itu.