Bila melihat secara historis, isu domestik sangat memainkan peran yang lebih besar dalam Pemilu AS.
Isu-isu yang jauh dari rumah seperti kebijakan luar negeri, menurut pendapat umum, tidak menentukan hasil pemilu.
Seperti yang dikatakan oleh seorang penasihat menjelang pemilihan Bill Clinton pada tahun 1992.
"Ini masalah ekonomi, bodoh," kata penasihat tersebut.
Saat itu, Presiden George HW Bush baru saja mengusir pasukan Irak dari Kuwait, sebuah "kemenangan" kebijakan luar negeri yang tidak menjamin kemenangan Bush dalam pemilihan umum.
Sejak saat itu, gagasan tersebut telah menjadi pokok dalam siklus pemilu — tetapi para sejarawan dan analis memperingatkan bahwa hal itu hanya sebagian benar.
Baca juga: Daftar Artis yang Dukung Donald Trump di Pilpres AS 2024: Zachary Levi, Kanye West hingga Elon Musk
Dikutip dari Al Jazeera, mereka memperingatkan bahwa kebijakan luar negeri memang penting dalam pemilihan presiden AS, terutama pemilihan yang cukup ketat hingga dapat diputuskan dengan margin yang sangat tipis, seperti yang dijanjikan dalam pemilihan saat ini.
Dengan perang yang berkepanjangan di Ukraina dan perang yang meluas di Timur Tengah, yang keduanya telah menghabiskan banyak uang di AS dan semakin terlibat di dalamnya, serta masalah terkait kebijakan luar negeri seperti imigrasi dan perubahan iklim yang menjadi prioritas utama banyak pemilih, jelas bahwa ekonomi tidak akan menjadi satu-satunya faktor yang menentukan bagaimana warga Amerika memilih bulan depan.
Meskipun ekonomi masih menjadi prioritas utama, jajak pendapat pemilih pada bulan September 2024 oleh Pew Research Center menemukan bahwa 62 persen pemilih mencantumkan kebijakan luar negeri sebagai isu yang sangat penting bagi mereka.
Isu kebijakan luar negeri menjadi perhatian utama khususnya bagi para pemilih Trump — 70 persen dari mereka — tetapi 54 persen pemilih Harris juga mencantumkan kebijakan luar negeri sebagai prioritas utama bagi mereka, sama banyaknya dengan mereka yang mencantumkan penunjukan Hakim Agung sebagai salah satu prioritas.
"Dalam persaingan yang sangat ketat seperti pertarungan tahun ini antara mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris, isu kebijakan luar negeri dapat memengaruhi keseimbangan," tulis Gregory Aftandilian, seorang pakar politik Timur Tengah dan kebijakan luar negeri AS.
"Secara khusus, pandangan pemilih tentang bagaimana para kandidat akan menangani perang Israel-Hamas-Hizbullah dan Rusia-Ukraina dapat menjadi penentu di negara-negara medan perang dan dengan demikian pemilihan umum," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)