Seperti Presiden Joe Biden, Kamala Harris telah menawarkan dukungan penuh bagi hak Israel untuk membela diri setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas.
Namun, belakangan Kamala Harris semakin kritis terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu atas kegagalannya melindungi warga sipil di Gaza.
Harris nampak lebih banyak berempati kepada rakyat Palestina, tetapi belum bisa menawarkan perubahan substantif apa pun dalam kebijakan Biden.
Baca juga: Pilpres AS Hari Ini: Kapan Hasilnya Diumumkan? Bagaimana Kalau Hasilnya Seri?
Sementara Donald Trump, yang merupakan pendukung setia Israel, lebih banyak mengesampingkan nasib rakyat Palestina.
Selama jabatan presiden yang pernah ia emban, Trump sempat memindahkan Kedubes AS ke Yerusalem dan mendukung Israel dalam perangnya melawan Hamas di Gaza.
Meski begitu, Trump seringkali menyuarakan perdamaian dan menyebut konflik Israel dengan Hamas harus segera diakhiri.
China
Membahas tentang pergerakan China, Kamala Harris telah menghabiskan waktu sebagai wakil presiden untuk membina hubungan di Asia dengan para pemimpin yang waspada terhadap kebangitan Tiongkok.
Tujuannya adalah untuk membentuk aliansi guna mencegah agresi yang meluas oleh China.
Harris diperkirakan akan melanjutkan pendekatan Presiden Joe Biden untuk mencoba memperlancar hubungan antara AS dan China, sambil memangkas ekspor chip buatan AS ke China.
Sementara itu, Donald Trump telah berjanji untuk menaikkan tarif impor dari China, yang berpotensi memicu perang dagang baru.
Trump berupaya melarang perusahaan China memiliki real estat dan infrastruktur AS di sektor energi dan teknologi.
Terkait Taiwan, Trump sempat membuka interaksi antara diplomat Amerika dan Taiwan saat menjabat sebagai presiden.
Baca juga: Proses Pemilihan Presiden AS yang Panjang dan Rumit
Aksi Trump ini telah membuat China marah.
Kemudian pada tahun 2023, Trump menolak untuk mengatakan apakah ia akan membela Taiwan jika China menginvasi.