TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM - Yoav Gallant tahu tidak lama lagi akan menjabat Menteri Pertahanan Israel.
Apalagi setelah upaya pertama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memecatnya tahun lalu gagal dalam menghadapi beberapa protes terbesar yang pernah terjadi di Israel.
Netanyahu mundur saat itu tetapi hubungan antara keduanya tidak pernah pulih.
Gallant dan Netanyahu terus bertengkar.
Sementara perang di Gaza telah memasuki tahun kedua.
Sering beredar rumor bahwa Gallant akan keluar dari kabinet pemerintahan Netanyahu.
Tetapi ia menolak untuk mundur dan tetap menjadi duri dalam daging Netanyahu.
Apalagi ketika ia memperjuangkan kesepakatan penyanderaan di Gaza dan berselisih dengan partai-partai lain dalam koalisi mengenai wajib militer bagi anggota komunitas Yahudi ultra-Ortodoks.
Dalam pernyataan yang disiarkan di televisi setelah Gallant dipecat dari menteri pertahanan Israel pada hari Selasa (5/11/2024).
Dia mengatakan Israel tengah berlayar di tengah kabut pertempuran dan "kegelapan moral".
Gallant menyerukan pemulangan para sandera Israel di Gaza, membuat rancangan undang-undang untuk kaum ultra-Ortodoks dan pembentukan komisi penyelidikan atas kegagalan 7 Oktober 2023.
Ia mengakhiri pernyataannya dengan penghormatan militer.
Gallant terus mengingat peristiwa 7 Oktober, ketika orang-orang bersenjata yang dipimpin Hamas menyerang warga Israel.
Ia mengatakan bahwa dirinya dan Netanyahu harus diselidiki dalam kasus itu.