Dapat Tekanan dari AS Pembela Israel, Qatar Sebut Hamas 'Tak Lagi Diterima' di Negara Teluk
TRIBUNNEWS.COM -Â Qatar dilaporkan telah menginformasikan ke para pemimpin politik Hamas kalau mereka "tidak lagi diterima" di negara Teluk tersebut, media Israel melaporkan pada Jumat (8/11/2024).
Media berita berbahasa Ibrani, KAN, mengatakan keputusan itu dikomunikasikan ke kelompok pembebasan Palestina tersebut"dalam beberapa hari terakhir."
Langkah Qatar ini didasari oleh tekanan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Satu Skuadron F-15E Strike Eagle AS Mendarat di Yordania, Mau Jaga Israel dari Serangan Iran
Beberapa senator Republik AS mengirimkan surat minggu ini kepada pemerintahan Biden untuk memintanya memberikan tekanan terhadap Qatar untuk membalik kebijakannya yang selama ini memberi ruang bagi para pemimpin Hamas.
Dipimpin oleh senator Roger Wicker dan Jim Rish, anggota senior di komite Angkatan Bersenjata dan Urusan Luar Negeri Senat, ke-12 senator mengatakan sudah waktunya untuk membekukan aset pejabat Hamas yang tinggal di Qatar dan agar pemimpin mereka, Khaled Meshal, diadili.
"Kekalahan Hamas sudah di depan mata, dan mengakhiri tempat berlindung yang aman bagi para pemimpinnya di luar negeri sangat penting untuk mengalahkannya," tulis para senator.
Qatar telah memfasilitasi perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.
Al Jazeera, yang sebagian didanai oleh Qatar, melaporkan bahwa seorang pejabat Israel bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani untuk melanjutkan perundingan perdamaian setelah kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Kepala intelijen Israel David Barnea dan Direktur CIA Bill Burns juga bergabung dalam negosiasi.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu Al Thani bulan lalu dan menyoroti peran "penting" Qatar dalam upaya mengakhiri perang di Jalur Gaza dan membebaskan sandera.
Hamas dan Fatah Bahas Tata Kelola Gaza Pasca-Perang di Kairo
Delegasi dari Hamas dan Fatah berada di Kairo untuk berunding mengenai sifat pemerintahan Gaza pascaperang.
Sebuah sumber Mesir mengumumkan dimulainya pertemuan antara kedua faksi Palestina pada malam 2 November.
"Pertemuan Fatah dan Hamas di Kairo mengenai Jalur Gaza telah dimulai melalui Komite Dukungan Masyarakat untuk mengelola urusan Jalur Gaza," saluran berita Mesir Al-Qahera TV mengutip sumber keamanan Mesir.