News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Disorot Media Asing: Prabowo dan Donald Trump Mirip, Sama-sama Pilih Loyalis Masuk Kabinet

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat (AS) Terpilih, Donald Trump.

Prabowo juga mempertahankan 17 menteri sebelumnya di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, meski beberapa posisi mereka tidak lagi sama. Sejak kampanye tahun lalu, meneruskan kebijakan Jokowi memang telah menjadi jargon Prabowo.

Ujang Komarudin, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, mengatakan kabinet Prabowo terdiri dari empat kluster, yaitu orang partai politik, profesional, loyalis, dan tim sukses atau simpatisan.

Menurut Ujang, dalam konteks politik, pemilihan loyalis dalam kabinet - baik oleh Trump maupun Prabowo - adalah sesuatu yang wajar, meski memang idealnya profesional harus menempati porsi besar jika ingin pemerintahan berjalan dengan lebih baik.

"Loyalis itu kesetiaannya telah teruji ... Sejatinya loyalis perlu diberi tempat karena sudah berdarah-darah ikut berjuang, dan ketika menang dikasih posisi, itu wajar, asalkan memiliki kecakapan dan keahlian yang baik," kata Ujang.

"Trump juga melakukan hal yang sama, menunjuk yang loyal. Loyalitas menjadi penting, karena di politik banyak terjadi pengkhianatan," lanjut dia.

Teuku, dosen HI Unpad dan President University, berpandangan saat ini batasan antara loyalis dan profesional telah semakin kabur.

Karena menurut dia, loyalis mungkin memiliki keterbatasan profesionalisme, sementara kalangan profesional mungkin loyalitasnya dipertanyakan.

"Juga terdapat nilai-nilai yang tingkat kelekatannya tak seragam, seperti: Kenegarawanan, patriotisme, ke-Indonesia-an, kesetiaan pada ideologi negara dan konstitusi negara," kata Teuku.

Meski sama-sama menunjuk loyalis masuk kabinet, namun penunjukan menteri oleh Trump dan Prabowo memiliki perbedaan, demikian M. Waffaa Kharisma, Peneliti Departemen Hubungan Internasional di lembaga riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS), berpandangan.

"Trump cenderung memilih yang ideologinya sama ... mereka bukan serta merta loyalis Trump, tapi mereka yakin Trump akan mendukung ideologi mereka," kata Waffaa saat dihubungi CNA.

Sementara Prabowo memilih orang-orang yang sudah lama berjalan bersama dirinya. Selain itu, kata dia, Prabowo juga merekrut orang-orang yang berseberangan seperti ahli atau ketua partai "sebagai bagian dari power-sharing (berbagi kekuasaan)".

Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Waffaa mengatakan, Trump yang memilih loyalis dengan kesamaan ideologi akan membuat pemerintahan AS jelas arah dan warnanya.

Namun, kesamaan ideologi ini akan jadi bumerang di tengah naiknya paham nasionalis sayap kanan yang sebagian penganutnya ambil kursi di kabinet Trump.

Salah satu tokoh sayap kanan yang paling menonjol dalam pemerintahan Trump adalah calon menhan Pete Hegseth. Dia dikenal kerap menyuarakan ideologi kekerasan, dan ekstremisme politik sayap kanan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini