News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Gencatan Senjata Israel-Hizbullah Makin Dekat, 5.000 Tentara Lebanon akan Ada di Perbatasan

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pejuang Hizbullah mengambil bagian dalam parade militer memperingati Hari Martir kelompok tersebut di kota Ghazieh di selatan Lebanon, di selatan kota pelabuhan Sidon, 12 November 2019.

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdullah Bouhabib, mengatakan pemerintah Lebanon akan mengerahkan 5.000 tentara di perbatasannya dengan Israel.

Pengerahan tentara di Lebanon selatan akan menjadi bagian dari perjanjian gencatan senjata Israel dan Hizbullah yang kini sedang dibahas oleh kedua pihak.

"Kami akan mengerahkan 5.000 tentara di (perbatasan) selatan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata," katanya, Selasa (26/11/2024).

Ia mengatakan pemerintah Lebanon saat ini menunggu hasil rapat di kalangan pejabat pemerintah Israel untuk membahas persetujuan atas perjanjian tersebut.

"Kita berharap gencatan senjata bisa disepakati dan kita menunggu hasil pertemuan pemerintah Israel," lanjutnya.

Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS) mungkin akan berperan dalam membangun kembali infrastruktur Lebanon di wilayah selatan yang hancur setelah diserang Israel.

Namun, ia menegaskan Hizbullah kemungkinan tidak akan berhenti meluncurkan serangan jika Israel masih menyerang Lebanon.

"Kita tidak bisa menghentikan perlawanan selama masih ada pendudukan," katanya.

Israel akan Rapat Soal Rencana Gencatan Senjata dengan Hizbullah

Dewan perang Israel dikabarkan sedang bersiap untuk membahas rancangan perjanjian untuk gencatan senjata dengan Hizbullah.

“Dewan mini untuk urusan politik dan keamanan (kabinet) akan bertemu sore ini, Selasa, untuk membahas rancangan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah sebagai persiapan untuk persetujuannya," kata Perusahaan Penyiaran Israel, Selasa (26/11/2024).

Baca juga: Israel Beri Sinyal Setujui Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Apa Kabar Kesepakatan Sandera?

"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bermaksud untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata di Lebanon hanya oleh kabinet, dan bukan oleh pemerintah," lanjutnya.

Perjanjian tersebut tidak memerlukan persetujuan dari Knesset Israel.

Surat kabar itu mengatakan Netanyahu diperkirakan akan mengadakan pembicaraan dengan walikota di perbatasan utara dan membuat pernyataan kepada media.

"Menurut beberapa laporan, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron diperkirakan akan mengumumkan gencatan senjata 60 hari antara Lebanon dan Israel dalam waktu 36 jam," lapor surat kabar itu, mengutip sumber politik Israel yang tidak disebutkan namanya.

Menurut perjanjian, Hizbullah akan mundur ke utara Sungai Litani, sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang dicapai pada akhir Perang Lebanon Kedua pada tahun 2006, seperti diberitakan Al Jazeera.

Sumber itu mengatakan, dua bulan setelah perjanjian tersebut berlaku, fase pembahasan amandemen perbatasan akan dimulai, di mana Lebanon dan Israel akan menunjuk seorang pejabat senior dari masing-masing pihak untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian itu.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Selain di Jalur Gaza, Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024) dengan dalih menargetkan Hizbullah.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 44.249 jiwa dan 104.746 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (26/11/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Mayadeen.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini