Ia mengaku tak tahu di mana keberadaan pasukan pengganti tersebut.
"Empat kendaraan lapis baja, dikurangi 40 orang. Mereka menghilang. Mereka sama sekali tidak datang. Dan mereka menghilang," lapor Onistrat.
Sedangkan pada hari berikutnya di saat pengiriman pasukan pengganti selanjutnya dilakukan, juga terjadi hal yang sama.
"Singkatnya, sepuluh hari dikurangi 500 orang. Kita kehilangan mereka," ujar tentara itu.
Onistrat memperkirakan bahwa pasukan cadangan tersebut tidak sampai ke garis depan karena telah meninggal diserang musuh, atau telah tertangkap.
Media asal AS itu mengatakan, selain ditahan dan tewas, jumlah pasukan Ukraina berkurang karena banyak tentara Ukraina yang kabur.
Setidaknya, menurut mereka, sebanyak 10 persen pasukan Ukraina yang direkrut dari program mobilisasi militer kabur tak mau berperang.
Jumlahnya bisa mencapai 10 persen.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebutkan pada Februari lalu, jumlah pasukan Ukraina yang gugur sebanyak 30.000 orang. Namun hal itu sangat diragukan, mengingat setiap harinya pasukan yang tewas melebihi 100 orang, dan semakin kini jumlahnya malkin banyak.
Media-media Barat pun memperkirakan kerugian Angkatan Bersenjata Ukraina beberapa kali lebih tinggi daripada yang dinyatakan secara resmi.
Setidaknya 60-100 ribu tentara Ukraina tewas selama perang dengan Federasi Rusia, 400 ribu lainnya terluka parah dan tidak dapat lagi bertempur, tulis The Economist.
Publikasi tersebut mempelajari berbagai sumber untuk mencoba menetapkan kerugian Angkatan Bersenjata Ukraina. Rusia, menurut intelijen Barat, kehilangan hingga 200 ribu tentara yang tewas.
Di tengah kekurangan tentara untuk garis depan, terdengar seruan dari Barat untuk menurunkan usia mobilisasi dari yang berlaku saat ini 25 tahun menjadi 18 tahun.