Kapal induk helikopter dioperasikan oleh Jepang (4, dua di antaranya sedang dikonversi untuk mengoperasikan pesawat tempur V/STOL), Prancis (3), Australia (2), Mesir (2), Korea Selatan (2), Tiongkok (3), Thailand (1), dan Brasil (1).
Kapal induk masa depan sedang dibangun atau direncanakan oleh Tiongkok, Prancis, India, Rusia, Korea Selatan, Turki, dan AS.
Mantan petinggi AU India, Anil Chopra mengatakan, kapal induk tetap menjadi aset penting dalam kekuatan militer, tetapi dengan munculnya senjata era baru, pertanyaan tentang kemampuan mereka untuk bertahan dari serangan semakin mendesak.
"Modernisasi dan pengembangan sistem pertahanan yang lebih canggih menjadi krusial untuk memastikan kelangsungan operasi kapal induk di masa depan."
Ia memberikan contoh, setelah tenggelamnya kapal penjelajah Rusia, Moskva, akibat serangan rudal, banyak kapal besar tidak lagi digunakan dalam operasi tempur di Laut Hitam.
Di Laut Merah, kapal-kapal juga menjadi rentan terhadap serangan drone.
Hal ini menunjukkan bahwa kapal induk dan kapal besar lainnya mungkin tidak seaman yang diperkirakan.
"Debat antara kekuatan udara berbasis kapal induk dan kekuatan udara berbasis darat harus diperbarui seiring dengan kemajuan teknologi senjata jarak jauh," ujarnya.
Bagaimana Pertahanan Kapal Induk Bekerja?
Kapal induk dilindungi melalui sistem pertahanan multilapis.
Ada radar peringatan dini dan platform peringatan awal udara yang memberikan informasi awal tentang ancaman.
Kemudian, kapal-kapal kelompok kapal induk juga memiliki senjata pertahanan udara untuk menghadapi ancaman sebelum mencapai kapal induk.
Pesawat berbasis kapal induk juga menjaga ancaman yang menyusup pada jarak yang aman.
Kapal induk itu sendiri memiliki sistem pertahanan diri berlapis-lapis sendiri untuk menghadapi pesawat dan rudal.