Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Hizbullah menembakkan dua mortir ke wilayah Israel pada hari sebelumnya, menandai insiden pertama sejak gencatan senjata di Lebanon mulai berlaku minggu lalu.
Mortir itu mendarat di area terbuka di Gunung Dov, tidak menimbulkan korban atau kerusakan.
Hizbullah mengaku bertanggung jawab, dan menggambarkan serangan itu sebagai “respons defensif dan peringatan”, dengan mengklaim mereka menargetkan pos terdepan Israel di dekat Desa Shebaa.
Para pemimpin Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz, telah menjanjikan tanggapan tegas terhadap pelanggaran gencatan senjata.
Sebelumnya, sirene berbunyi di komunitas Lehavot HaBashan di Israel utara, meskipun IDF kemudian mengonfirmasi bahwa itu adalah alarm palsu.
Baca juga: Israel Langgar Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Lebanon Membara Lagi
Secara terpisah, IDF mengumumkan bahwa sebuah kapal rudal angkatan laut mencegat sebuah pesawat nirawak di atas Laut Merah pada hari Senin.
Pesawat nirawak tersebut, yang diluncurkan dari timur, dihancurkan sebelum dapat memasuki wilayah udara Israel, menurut militer.
Mengancam Kesepakatan Gencatan Senjata
Juru bicara parlemen Lebanon, Nabih Berri, menuduh Israel melanggar gencatan senjata lebih dari 50 kali dalam beberapa hari terakhir dengan melancarkan serangan udara, menghancurkan rumah-rumah di dekat perbatasan, dan melanggar wilayah udara Lebanon.
Para pejabat di AS — yang bersama Prancis membantu menjadi perantara gencatan senjata dan mengepalai komisi yang dimaksudkan untuk memantau kepatuhan terhadap kesepakatan — mengecilkan arti penting serangan Israel.
Baca juga: Israel Tuding Iran Diam-diam Pasok Senjata ke Hizbullah saat Pemberontakan di Suriah Berlangsung
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan, "Secara umum, gencatan senjata masih berlaku."
"Kami telah mengurangi jumlah serangan dari puluhan menjadi satu serangan per hari, mungkin dua serangan per hari," kata Kirby kepada wartawan, dikutip dari AP News.
"Kami akan terus berusaha dan melihat apa yang dapat kami lakukan untuk menguranginya menjadi nol," lanjutnya.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Hizbullah memiliki waktu 60 hari untuk menarik pasukan dan infrastrukturnya dari Lebanon selatan.
Selama waktu tersebut, pasukan Israel juga harus mundur ke sisi perbatasan mereka.
(Tribunnews.com/Whiesa)