Warga Palestina telah lama menuduh Israel berusaha mengusir mereka dari wilayah Gaza selama konflik yang sedang berlangsung.
Israel telah berperang di Gaza sejak Oktober 2023, setelah militan Hamas melancarkan serangan mendadak yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik lebih dari 250 sandera.
Kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 44.400 orang dan membuat hampir seluruh penduduk daerah kantong itu mengungsi.
Dalam beberapa minggu terakhir, Israel telah memfokuskan sebagian besar kekuatan senjatanya kembali ke Gaza utara, dengan mengatakan bahwa mereka menargetkan pejuang Hamas yang telah berkumpul kembali, dan mendesak warga sipil untuk meninggalkan daerah tersebut sampai pemberitahuan lebih lanjut.
"Apa yang terjadi di sana? Tidak ada Beit Lahiya, tidak ada Beit Hanoun, mereka sekarang beroperasi di Jabaliya dan pada dasarnya membersihkan wilayah itu dari orang Arab," kata Yaalon kepada Democrat TV, merujuk pada lingkungan Palestina di utara Kota Gaza.
Ia menambahkan bahwa kelompok garis keras ingin membangun pemukiman Yahudi di sana, 19 tahun setelah Israel menarik diri dari wilayah itu - sebuah pemisahan yang ditentang Yaalon saat itu.
Menteri Perumahan Yitzhak Goldknopf mengunjungi perbatasan Gaza Kamis lalu dan mendukung inisiatif untuk membangun kembali pemukiman di daerah kantong tersebut.
"Pemukiman Yahudi di sini adalah jawaban atas pembantaian yang mengerikan (7 Oktober 2023) dan jawaban bagi Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag," kata Goldknopf seperti dikutip di media Israel.
Sebagian besar kekuatan dunia menganggap pemukiman yang dibangun di wilayah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967 sebagai ilegal dan melihat perluasan pemukiman tersebut sebagai hambatan bagi perdamaian, karena pemukiman tersebut menggerogoti tanah yang diinginkan Palestina untuk negara masa depan.
SUMBER: ASHARQ AL-AWSAT, REUTERS