Korsel pun mengamini pandangan AS itu. Di samping itu, dalam dua dasawarsa terakhir Korsel menjalin hubungan erat dengan negara Zionis dalam bidang teknologi dan keamanan.
Sementara itu, para pelajar atau mahasiswa di Korsel makin mengecam perang yang dikobarkan Israel di Jalur Gaza. Banyak mahasiwa yang menggelar aksi unjuk rasa menentang Israel.
Pada bulan Juni lalu Korsel memilih mendukung resolusi PBB mengenai masuknya Palestina menjadi anggota penuh PBB.
Langkah kontras Korut
Korut yang bersebelahan dengan Korsel memilih jalan yang jauh berbeda dengan tetangganya.
Hingga kini Korut menolak mengakui Israel, dan lebih memilih mengakui Palestina sejak tahun 1988.
Bisa dikatakan Korut membenci Israel setengah mati. Bahkan, negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un itu menganggap Israel sebagai negara penjajah di Timur Tengah.
Dalam tulisannya pada laman Washington Institute, jurnalis Jay Solomon mengatakan Korut dan Israel terlibat dalam konflik kecil dan permainan spionase selama lebih dari lima dasawarsa terakhir.
Baca juga: Partai Oposisi Korea Selatan Ajukan Mosi Memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol Buntut Darurat Militer
Bagi Israel, Korut adalah ancaman yang nyata meski negara di Asia Timur itu terpaut sekitar 5.000 mil dari Israel.
Korut diduga berulang kali mengirimkan teknologi nuklir dan rudal ke sejumlah musuh bebuyutan Israel di Asia Barat.
Dalam benak Korut, perlawanan terhadap Israel tahun 1960-an merupakan hal penting dalam melawan penjajahan Barat dan pemerintahan yang dibekingi AS.
Kim Il Sung, bapak pendiri Korut, dengan tegas telah mendukung perjuangan rakyat Palestina. Kim bahkan mendanai dan melatih para militan untuk melawan Israel tahun 1970-an.
Cucu Kim Il Sung, yakni Kim Jong Un yang saat ini menjadi pemimpin tertinggi Korut, juga bertindak mirip.
NK News melaporkan bahwa Kim pada bulan November 2023 meminta para pejabatnya untuk memberikan “bantuan lengkap” kepada Palestina.
“Dinas Intelijen Korsel mendapatkan data intelijen yang mengindikasikan bahwa Kim Jong Un telah memerintahkan pejabatnya untuk mencari cara untuk memberikan bantuan lengkap kepada Palestina,” kata Yu Sang-beom, anggota komite Dinas Intelijen Korsel.
“Meningat Korea Utara sebelumnya mengekspor barang seperti roket kepada Hamas dan Hizbullah, ada kemungkinan bahwa mereka mungkin berupaya menjual senjata kepada negara-negara ketiga.”
(Tribunnews/Febri)