TRIBUNNEWS.COM - Kabinet Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah membatalkan perintah darurat militer di negara itu, Rabu (4/12/2024) pagi.
Pembatalan terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden Korea Selatan mengeluarkan dekrit mendadak yang menjerumuskan negara itu ke dalam ketidakpastian politik.
Pengumuman Yoon Suk Yeol sebelumnya juga memicu reaksi keras dari para anggota parlemen dari seluruh spektrum politik.
Ketika mengumumkan darurat militer, Yoon Suk Yeol telah melabeli tindakan oposisi sebagai "perilaku anti-negara yang jelas-jelas bertujuan untuk memicu pemberontakan."
Yoon Suk Yeol lebih lanjut mengklaim tindakan-tindakan ini telah "melumpuhkan urusan negara dan mengubah Majelis Nasional menjadi sarang penjahat."
"Untuk melindungi Korea Selatan yang liberal dari ancaman yang ditimbulkan oleh pasukan komunis Korea Utara dan untuk melenyapkan elemen-elemen anti-negara. Saya dengan ini menyatakan darurat militer," kata Yoon dalam pidatonya, Selasa (3/12/2024) malam, dikutip dari CNN.
Lantas, seperti apa situasi di Korea Selatan saat terjadi darurat militer?
1. Tank militer di Jalanan Seoul
Kekacauan total terjadi di Korea Selatan pada Selasa malam setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer di negara itu.
Ribuan orang turun ke jalan, berusaha memasuki gedung Parlemen negara itu untuk menentang pemberlakuan darurat militer.
Dikutip dari India Today, bentrokan terjadi antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa di luar gedung Majelis Nasional di Seoul.
Baca juga: Megawati Tanding, Geger Darurat Militer di Korea Selatan Tak Berdampak ke Laga Red Sparks vs Hi-Pass
Armada tank, kendaraan lapis baja, dan pasukan komando militer Korea Selatan dengan senjata di tangan, terlihat melakukan upaya singkat untuk memasuki Parlemen.
Gambar visual yang beredar di media sosial menunjukkan petugas polisi menjaga pintu masuk Majelis Nasional.
Lalu, tentara berhelm membawa senapan di depan gedung utama Majelis Nasional untuk membatasi masuknya orang yang tidak berwenang.
2. Helikopter Terbang di Atas Seoul
Menurut kantor berita Associated Press, sedikitnya tiga helikopter, kemungkinan milik militer, mendarat di dalam lokasi pertemuan.