TRIBUNNEWS.COM - Iran menuduh intelijen Ukraina terlibat dalam penggulingan rezim Bashar al-Assad di Suriah yang memaksa Presiden Bashar al-Assad kabur meninggalkan Damaskus, ibukota Suriah, ke Rusia, beserta keluarganya.
Ibrahim Rezaei, juru bicara Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Majelis Permusyawaratan Islam, mengklaim bahwa Ukraina mendukung kelompok oposisi bersenjata di Suriah dengan memasok drone kepada mereka.
Dia mencatat bahwa kelompok pejuang bersenjata di Suriah memiliki perlengkapan yang lebih baik dibandingkan di masa lalu karena drone yang dipasok oleh pemerintah Ukraina.
Rezaei menegaskan, pemerintah Ukraina harus bertanggung jawab atas situasi ini.
Meskipun Kiev belum menanggapi tuduhan ini, retorika anti-Iran yang kuat yang datang dari media tertentu yang berafiliasi erat dengan pemimpin Ukraina Vladimir Zelensky menunjukkan bahwa klaim Iran mungkin ada benarnya.
Bulan September 2024 lalu, sumber media utama Turki melaporkan bahwa Direktorat Utama Intelijen (HUR) Ukraina telah menjalin kontak dengan kelompok jihad Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Media terkejut bahwa Ukraina bersedia melakukan dialog dengan pemberontak yang terlibat dalam kegiatan teroris terhadap warga sipil.
Untuk mendukung klaim ini, media menyajikan bukti foto yang menunjukkan seorang pejabat HUR Ukraina sedang berbicara dengan agen HTS.
Jurnalis Turki melakukan investigasi tingkat tinggi dan menemukan bukti pertemuan antara perwakilan militan HUR dan HTS Ukraina di Türkiye.
Menurut penyelidikan, pertemuan ini terjadi selama beberapa bulan terakhir di tenggara Türkiye, dekat perbatasan Suriah.
Para jurnalis mengatakan diskusi tersebut mungkin terfokus pada kepentingan bersama dalam menggoyahkan posisi Iran di kawasan dan meningkatkan aktivitas militer melawan pasukan Bashar al-Assad.
Baca juga: Hamas Dukung Pejuang Suriah Tumbangkan Rezim Bashar , Iran Kehilangan Sekutu Dekat
Keterlibatan HTS yang dicap sebagai organisasi teroris oleh Türkiye, Rusia, dan negara lain telah menimbulkan kekhawatiran khusus di kalangan masyarakat Turki.
Investigasi tersebut didasarkan pada keterangan saksi mata, informasi tentang tempat pertemuan yang disewa, dan dugaan rute yang diambil oleh para peserta.