TRIBUNNEWS.COM - Menurut Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, sekitar 100 tentara Korea Utara yang dikirim ke Rusia tewas dalam perang melawan Ukraina.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan, Lee Sung Kown.
Ia mengutip data dari intelijen Korsel bahwa jumlah tersebut merupakan total dari pertempuran pada awal bulan ini.
Sementara tentara Korea Utara yang terluka dalam peperangan diperkirakan sekitar 1.000 orang, dikutip dari BBC.
Sebelumnya, intelijen militer Ukraina dan Pentagon mengklaim bahwa pasukan pasukan Ukraina telah membunuh dan melukai sejumlah tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia di wilayah perbatasan Kursk Rusia.
Badan intelijen militer Ukraina (GUR) mengklaim bahwa sekitar 30 tentara Korut tewas dan terluka di wilayah Kursk.
Mereka juga mengatakan bahwa terdapat 3 prajurit Korea Utara yang hilang.
"Juga di wilayah desa Kurilovka, setidaknya tiga prajurit Korea Utara hilang," klaim GUR, dikutip dari Al Jazeera.
Atas laporan tersebut, juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder mendukung klaim Angkatan Darat Ukraina.
Ryder mengatakan bahwa Amerika Serikat telah menemukan indikasi pasukan Korea Utara telah terbunuh dan terluka dalam pertempuran di Kursk.
Sabtu lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia telah mulai mengerahkan banyak warga Korea Utara dalam melibatkan serangan di Kursk.
Mereka diduga telah terlibat selama beberapa bulan terakhir.
Baca juga: Zelensky Curhat Butuh Pasukan Rebut Jajahan, Prajurit Korea Utara Merugi, Kilang Minyak Rusia Hancur
Korea Utara Siapkan Penempatan Pasukan Tambahan di Ukraina
Lee Sung Kwon mengatakan bahwa ia mendapat laporan tentang pengerahan pasukan Korea Utara tambahan dalam perang melawan Ukraina.
Namun sebelum dikerahkan, pasukan Korut akan dilatih terlebih dahulu.
Dalam pelatihan tersebut, kabarnya akan diawasi langsung oleh pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Menurut intelijen Korea Selatan, AS, dan Ukraina, diperkirakan 11.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia untuk bertempur di garis depan melawan pasukan Ukraina.
Pasukan Korea Utara yang dikerahkan diperkirakan tidak memiliki pengalaman tempur sebelumnya.
Sehingga mereka diperkirakan membutuhkan waktu latihan berminggu-minggu di Rusia.
Sementara itu, pasukan Korut diperkirakan digunakan sebagai unit penyerang garis depan.
Di mana pejabat intelijen mengklaim bahwa posisi tersebut sebagai tameng atau yang akan dikorbankan.
Hal tersebut lantaran kurangnya kemampuan mereka untuk melawan serangan drone.
"Di dalam militer Rusia, dilaporkan muncul keluhan bahwa pasukan Korea Utara, karena kurangnya pengetahuan mereka tentang drone, lebih merupakan beban daripada aset," jelas Lee Sung Kwon.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Konflik Rusia vs Ukraina