Ia juga mengklaim bahwa mereka (penguasa baru Suriah) menginginkan pangkalan militer Rusia tetap berjalan di Suriah.
"Sebagian besar dari mereka memberi tahu kami bahwa mereka tertarik agar pangkalan militer kami tetap berada di Suriah," tambahnya.
Menurut Putin, keberadaan pangkalan militer Rusia dapat bermanfaat dan memberikan bantuan bagi warga Suriah.
"Rusia menawarkan untuk mempertahankan pangkalan di sana untuk tujuan kemanusiaan", katanya.
Sebagai informasi, Moskow telah mendukung Suriah sejak awal Perang Dingin, dan telah mengakui kemerdekaannya pada tahun 1944 saat Damaskus berusaha melepaskan diri dari kekuasaan kolonial Prancis.
Diketahui, Rusia memiliki 2 pangkalan militer di Suriah yaitu pangkalan angkatan laut di Tartous dan Pangkalan Udara Khmeimim di dekat kota pelabuhan Latakia.
Pangkalan Tartous dibangun pada tahun 1971, tepatnya setelah Rusia ikut campur tangan dalam perang saudara untuk membantu Assad.
Pada tahun 2017, Rusia memberikan sewa gratis selama 49 tahun kepada Assad.
Rusia juga memiliki pos penyadapan di Suriah yang dijalankan di samping stasiun sinyal Suriah.
Runtuhnya Rezim Assad
Rezim Assad berhasil digulingkan setelah lebih dari 13 tahun perang.
Assad digulingkan oleh kelompok oposisi dalam serangan besar-besaran yang berpuncak pada perebutan ibu kota Damaskus pada Minggu.
Setelah digulingkan, Assad dilaporkan kabur dari Suriah dan berada di Moskow setelah mendapat tawaran suaka dari Rusia.
Hal tersebut dilaporkan oleh kantor berita Rusia, Interfax pada hari Minggu (8/12/2024).
Tak sendiri, Assad dikabarkan kabur dari Suriah bersama keluarganya.
"Presiden al-Assad dari Suriah telah tiba di Moskow. Rusia telah memberi mereka (dia dan keluarganya) suaka atas dasar kemanusiaan," tulis Interfax, dikutip dari Al-Arabiya.
Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Peskov.
Peskov mengatakan Assad telah diberi suaka di Rusia, dan mengatakan keputusan itu dibuat oleh Presiden Vladimir Putin.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Konflik Suriah