TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan satu anak Palestina terbunuh setiap jam di Jalur Gaza akibat agresi Israel.
Penilaian terkini oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan, jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza bahkan lebih tinggi daripada UNICEF.
Ditemukan bahwa 44 persen dari 45.300 warga Palestina yang terbunuh oleh Israel di Gaza adalah anak-anak.
“Sejak awal perang, 14.500 anak dilaporkan tewas di Gaza,” tulis Philippe Lazzarini di media sosial, mengutip angka dari UNICEF, seperti diberitakan MEMO.
“Membunuh anak-anak tidak dapat dibenarkan. Satu anak terbunuh setiap jam."
"Ini bukan angka. Ini adalah nyawa yang hilang. Membunuh anak-anak tidak dapat dibenarkan," tegasnya.
Lazzarini menambahkan, mereka yang selamat terluka secara fisik dan emosional.
“Karena tidak memperoleh pendidikan, anak laki-laki (dan) anak perempuan di Gaza harus berjuang di antara puing-puing."
"Waktu terus berjalan bagi anak-anak ini. Mereka kehilangan nyawa, masa depan (dan) terutama harapan mereka," tambahnya.
Oxfam Peringatkan Situasi Kemanusiaan di Gaza Akan Memburuk
Sementara itu, kelompok bantuan Oxfam memperingatkan agar meningkatkan kewaspadaan atas memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah Palestina yang terkepung itu.
Sebab, hanya 12 truk yang mendistribusikan makanan dan air di Gaza utara dalam dua setengah bulan.
Baca juga: Konfrontasi Gaza Utara: Perwira Zionis Tewas, 12 Tentara Israel Ditangkap, Tank Merkava Diledakkan
"Dari 34 truk makanan dan air yang diizinkan masuk ke wilayah Gaza Utara selama 2,5 bulan terakhir, penundaan yang disengaja dan penghalangan sistematis oleh militer Israel menyebabkan hanya dua belas truk yang berhasil mendistribusikan bantuan kepada warga sipil Palestina yang kelaparan," kata Oxfam dalam sebuah pernyataan, Minggu (22/12/2024), dikutip dari Arab News.
“Untuk tiga tempat ini, setelah makanan dan air dikirim ke sekolah tempat orang-orang berlindung, tempat itu kemudian dibersihkan dan dibombardir dalam hitungan jam,” imbuh Oxfam.
Israel, yang telah mengontrol ketat bantuan yang memasuki wilayah yang diperintah Hamas sejak pecahnya perang, sering menyalahkan apa yang dikatakannya sebagai ketidakmampuan organisasi bantuan untuk menangani dan mendistribusikan bantuan dalam jumlah besar.