Gerakan tersebut menyertakan klip video dengan pesannya, merinci serangan Israel yang menyebabkan terbunuhnya dan hilangnya tahanan Israel di Jalur Gaza.
Para Negosiator Israel Telah Pulang
Tim negosiasi tingkat menengah Israel yang berada di Qatar untuk menggarap kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza, telah pulang ke negaranya.
Kantor Perdana Menteri Netanyahu mengatakan, tim tersebut pulang untuk melakukan musyawarah internal di Israel.
Kementerian luar negeri Qatar mengatakan negosiasi sedang berlangsung di Doha, bekerja sama dengan mediator Mesir dan Amerika.
Baca juga: Tentara IDF Bombardir RS Kamal Adwan di Gaza Utara, Jubir Al-Qassam: Nyawa Sandera Israel Terancam
"Kami tidak akan membiarkan satu pintu pun tidak terbuka dalam upaya mencapai kesepakatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majid al-Ansari dalam konferensi pers, dikutip dari Times of Israel.
Gencatan senjata yang diusulkan dilaporkan akan dilaksanakan dalam tiga tahap.
Tahap pertama akan melihat Hamas membebaskan tawanan "kemanusiaan" — sandera perempuan, anak-anak, pria tua dan orang sakit.
Sandera laki-laki yang lebih muda hanya akan dibebaskan pada tahap selanjutnya, jika gencatan senjata berhasil.
Di tengah beredarnya laporan baru-baru ini, kesepakatan sudah dalam tahap tercapai, 10 keluarga sandera yang merupakan ayah dari anak-anak mengirimkan surat kepada kabinet dengan menyebutkan alasan hukum mengapa para sandera tersebut harus dimasukkan dalam tahap pertama.
Baca juga: Hamas: Gencatan Senjata Perang Gaza Sudah Dekat Kecuali Israel Minta Syarat Baru
Dengan judul "Komitmen Israel terhadap anak-anak yang ayahnya disandera", mereka berpendapat, pertimbangan tentang sandera mana yang harus dibebaskan terlebih dahulu diatur oleh hukum internasional.
Hal ini, kata mereka, tidak diperhitungkan ketika Israel mendefinisikan siapa yang dianggap sebagai sandera kemanusiaan.
Ada kekhawatiran di kalangan keluarga sandera, tawanan yang tidak dibebaskan pada tahap pertama gencatan senjata dapat tetap ditahan untuk waktu yang lebih lama, karena banyak yang khawatir kesepakatan akan gagal sebelum tahap selanjutnya dicapai.
"Israel diharuskan untuk mengakui dan melaksanakan hak-hak anak yang ayahnya ditahan oleh Hamas," tulis mereka.
Dalam pernyataan itu, mereka mengatakan, kesejahteraan anak-anak tersebut “ditinggalkan dan dirusak” selama ayah mereka masih ditawan.
Sebelumnya pada Senin, Netanyahu menyatakan optimisme yang hati-hati mengenai peluang tercapainya kesepakatan penyanderaan dengan Hamas dalam pidatonya di Knesset.
(Tribunnews.com/Whiesa)