Dia mengatakan, terapis perlu memiliki pemahaman sosial budaya, tetapi memiliki terapis yang berasal dari agama yang sama itu tidak selalu bermanfaat. "Terkadang, karena takut dihakimi, klien mungkin ragu untuk berbagi sesuatu yang dianggap 'tidak Islami' dengan terapis Muslimnya," katanya.
Pooja Priyamvada, seorang peneliti kesehatan mental yang juga berbasis di New Delhi, mengatakan hal itu berjalan dua arah. "Terkadang agama bisa memperpetuasi mitos dan kesalahpahaman tentang kesehatan mental dan penyakit," kata Priyamvada, "dan terkadang keyakinan agama yang sama juga bisa membawa harapan."