"Kami tidak takut terhadap Israel, dan masalah kami bukan dengan Israel," tegasnya.
Marwan menambahkan, pemerintah baru Suriah tidak ingin "mencampuri apapun yang akan mengancam keamanan Israel maupun negara lainnya."
Marwan kemudian meminta Amerika Serikat (AS) untuk menengahi hubungan yang lebih baik antara pemerintah baru Suriah dengan Israel.
"Kami menginginkan perdamaian, dan kami tidak bisa menjadi lawan Israel atau siapapun," pungkas dia.
Pasukan Israel Siap Tinggal Lebih Lama di Suriah
Sebelumnya, militer Israel mengungkapkan kesiapan mereka untuk tinggal lebih lama di Suriah.
Menurut Walla, "Meskipun ada tekanan dari partai-partai Eropa terhadap Israel, pejabat di Tel Aviv telah memerintahkan IDF untuk bersiap tinggal lebih lama di wilayah Suriah."
Baca juga: Iran Tegas Dukung Kedaulatan Suriah, tapi Beri Peringatan: Tak Boleh Jadi Surga bagi Terorisme
Laporan itu juga mencatat, tidak ada badan intelijen yang meramalkan keruntuhan cepat tentara bekas rezim Suriah.
Sebagai hasilnya, militer Israel sekarang membangun kehadiran yang lebih signifikan di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sendiri telah memastikan pasukannya akan tetap berada di zona penyangga perbatasan Suriah yang direbut setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad, tepatnya di puncak Gunung Hermon.
AP melaporkan, Netanyahu berkunjung ke puncak Gunung Hermon pada Selasa (17/12/2024).
Hal ini menjadikannya seorang pemimpin Israel yang masih menjabat, yang telah menginjakkan kaki sejauh itu ke Suriah.
Netanyahu mengatakan ia pernah berada di puncak gunung yang sama 53 tahun lalu, sebagai seorang tentara.
Ia menyebut kedatangannya ke puncak Gunung Hermon, penting bagi keamanan Israel saat ini.
Di kesempatan itu, Netanyahu menegaskan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan tetap berada di puncak Gunung Hermon, sampai kesepakatan yang menjamin keselamatan Israel, bisa dibuat.