Ini karena setiap tambahan segmen penerbangan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan.
Baca juga: Nyaris Terjadi Lagi, Pilot Jeju Air Boeing 737-800 Putuskan RTB karena Masalah Roda Pendaratan
Seorang mekanik yang bekerja di maskapai penerbangan low cost carrier lain mengatakan, membatasi waktu persiapan menjadi sekitar satu jam, termasuk pemeliharaan, memungkinkan maskapai penerbangan untuk melaksanakan jadwal yang ambisius," ujarnya.
Misalnya, terbang ke tiga kota di Asia Tenggara dan satu kota di Jepang dalam satu hari.
Dibeli Jeju Air Tahun 2017 Sebelumnya Dioperasikan Rynair di Eropa
Pesawat Boeing 737-800 Jeju Air yang terlibat dalam kecelakaan itu dibeli Jeju Air pada tahun 2017 setelah sebelumnya dioperasikan oleh Ryanair.
Rynair dikenal sebagai maskapai penerbangan low cost carrier Eropa yang terkenal dengan penjadwalan terbangnya yang agresif.
Reputasi Ryanair dalam hal perawatan minimal menimbulkan kecurigaan tentang riwayat perawatan pesawat tersebut.
Baca juga: Badan Pesawat Jeju Air Hancur Total Sulitkan Identifikasi Penumpang Tewas
“Ryanair terkenal dengan perputaran yang ketat dan mungkin telah menggunakan pesawat ini secara berlebihan selama pelayanannya."
"Pesawat tersebut mungkin sudah mencapai batas kemampuannya sebelum Jeju Air mengakuisisinya,” kata orang dalam industri tersebut.
Tragedi ini memicu kembali perdebatan mengenai apakah waktu pemeliharaan minimum yang diwajibkan pemerintah cukup untuk menjamin keselamatan.
Pengamat berpendapat bahwa standar 28 menit tidak memberikan ruang untuk mengidentifikasi potensi masalah.
Seorang mantan kepala pemeliharaan di sebuah maskapai penerbangan besar mengatakan, pemeriksaan selama 28 menit itu seperti menggunakan plester.
"Ini tidak memperhitungkan potensi kesalahan tersembunyi. Pendekatan industri terhadap keselamatan harus proaktif, bukan reaktif," ujarnya.
Cacat Roda Pendaratan Timbulkan Tanda Bahaya
Kecelakaan itu diyakini melibatkan kerusakan roda pendaratan, sehingga memicu pertanyaan lebih lanjut tentang kecukupan perawatan.
Yang mengkhawatirkan, hanya satu hari setelah kecelakaan, pesawat Boeing 737 Jeju Air lainnya juga mengalami masalah roda pendaratan.