Jeju Air, maskapai berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, menegaskan kecelakaan ini tidak terkait dengan kelalaian perawatan pesawat.
Pesawat ini melakukan 13 penerbangan dalam 48 jam sebelum jatuh.
Meskipun pesawat ini tidak tergolong tua, beberapa analis mencatat penerbangan jarak pendek yang sering dapat mempercepat kelelahan pesawat.
Penyelidikan Lanjutan dan Tindak Lanjut
Penyelidikan lebih lanjut terus dilakukan untuk memahami lebih dalam penyebab kecelakaan ini.
Sejauh ini, para ahli penerbangan meragukan tabrakan burung dapat menyebabkan kegagalan total dalam pengoperasian pesawat, terutama yang melibatkan sistem roda pendaratan.
Proses ekstraksi data dari FDR diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai insiden tersebut.
Tentang Jeju Air
Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, yang didirikan pada 2005 dan berpusat di Jeju.
Maskapai ini tercatat memiliki pendapatan sebesar 1,724 triliun won pada 2023.
Jeju Air adalah pemimpin pasar di antara maskapai penerbangan berbiaya rendah di Korea, dengan armada yang sebagian besar terdiri dari pesawat Boeing 737-800.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)