“IDAI akan membantu untuk bersama-sama mempersiapkan outbreak response immunization (ORI) termasuk pula mempersiapkan akan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang mungkin dapat terjadi dan memengaruhi target cakupan di tiap daerah tersebut,” tutupnya
Kasus di Jateng
Dua balita di Jawa Tengah ditemukan positif difteri. Seorang balita di Semarang pada September lalu, dan seorang balita di Karanganyar pada Oktober 2017 lalu. Keduanya telah dirawat di rumah sakit dan sembuh.
"Keduanya sudah pulang dari perawatan di RSU dalam keadaan sembuh, dan sampai saat ini belum ada kasus lagi," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng, dr Yulianto Prabowo, Rabu (6/12/2017).
Ia mengungkapkan, awalnya terdapat 11 penderita penyakit sejenis, namun setelah diperiksa ternyata hanya dua orang, selebihnya bukan difteri.
Menurut Yulianto, para penderita difteri itu dikarenakan dahulu mereka tidak diimunisasi, sehingga terjangkit virus penyakit tersebut.
Yulianto juga menyebutkan bahwa untuk di Jawa Barat dan di Jawa Timur, memang terjadi ratusan kasus. Ia menilai, hal itu disebabkan rendahnya cakupan immunisasi di daerah tersebut.
"Daerah lain tinggi-tinggi, Jateng rendah karena cakupan imunisasi kita tinggi, memang sedikit yang tidak mau diimunisasi tapi kebanyakan menerima," ujarnya.
Ia mengimbau pada masyarakat untuk ikut mendukung program imunisasi sehingga anak-anak mendapatkan perlindungan dari serangan virus berbahaya.
"Ini harus didukung semua masyarakat, stakeholder, semua pemangku kepentingan berperan serta untuk penanggulangan penyakit Difteri dengan mendorong semua balita mendapatkan imunisasi, karena penyakit ini akan diberantas dengan cara ini," katanya.
Meski hanya ditemukan dua kasus di Jateng, lanjutnya, Dinkes Jateng telah menindaklanjutinya dengan berupaya meningkatkan dan pemerataan imunisasi rutin. Khususnya imunisasi DPT-HB-Hb minimal 95 persen, setiap Level juga minimalkan 98 persen cakupan imunisasi bisa di kelas 1,2 dan 3.
"Harapan kami kalau bisa 100 persen anak di Jateng diimunisasi. Sebab pemerintah kan menyediakan vaksin imunisasi itu sangat cukup, cuma ada orangtua yang tidak menerima. Harapan kita yang tidak menerima itu makin sedikit kalau bisa nol persen," katanya.
(had/dse)