Makanan yang terasa nikmat ini akan dicerna lama oleh tubuh. Fenomena ini telah dibuktikan lewat riset ilmiah.
Dr. Braden Kuo dari Massachusetts General Hospital menangkap bukti visual ini pada tahun 2012.
Saat itu, dia menggunakan kamera seukuran pil untuk merekam saluran pencernaan para sukarelawan yang makan mi instan, dan mereka yang mengonsumsi mi segar.
Dengan cara itu, Dr Kuo mampu menunjukkan, setelah dua jam ketika misegar sudah lama hilang, mi instan hampir seluruhnya utuh di usus.
Baca: Studi Ungkap Mie Instan Jadi Pemicu Anak-anak Dikirim ke Rumah Sakit
Meskipun tidak jelas apa efek negatif dari temuan itu, bagaimana pun harus disadari, mengonsumsi mi instan sangat buruk untuk tubuh kita.
Periset dari Harvard School of Public Health pernah meneliti efek jangka panjang dari konsumsi ramen di Korea Selatan, di mana ramen menjadi makanan pokok utama.
Hasilnya, mereka menemukan peserta riset, terutama wanita, yang makan mi instan setidaknya dua kali seminggu memiliki risiko 68 persen lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik.
Sindrom metabolik merupakan kombinasi gejala yang meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.
Namun, sesekali makan mi instan tak akan menyebabkan masalah bagi kesehatan, sama halnya dengan makanan olahan lainnya.
Tapi, demi kesehatan perut dan jantung, sebaiknya jangan terlalu banyak mengonsumsinya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali, Efek NegatifKebanyakan Makan Mi Instan"