“Akses-akses harus dipermudah dengan harga yang wajar jangan sampai dikarantina wilayah tapi masyarakat sulit mengakses bahan logistik dan kalau ada pun harganya di luar batas rasional,” katanya.
Ia menekankan pentingnya aksesibilitas dan keterjangkauan atas barang konsumsi bagi masyarakat.
“Jadi antara aksesilibilitas dan keterjangkauan itu harus dua paket yang harus diperhatikan oleh pemerintah kalau tidak ya jangan main-main dengan karantina wilayah atau bahkan lockdown,” katanya.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berharap fasilitas medis termasuk rumah sakit tetap mendapatkan jaminan pasokan yang kontinyu untuk kebutuhan pokok di antaranya bahan makanan, air minum, hingga obat-obatan dan bahan nutrisi untuk pasien.
Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng Mohammad Faqih menegaskan pentingnya kepastian pasokan logistik, peralatan kesehatan, dan perlengkapan medis termasuk nutrisi obat-obatan hingga air minum dalam kemasan jika pembatasan sosial diterapkan.
Di lapangan saat ini misalnya sudah ada beberapa keluhan dari vendor atau perusahaan penyedia logistik termasuk penyedia air minum kemasan yang kesulitan masuk ke wilayah pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit rujukan.
“Tenaga medis perlu support untuk kebutuhan operasional bahkan untuk misalnya kebutuhan air minum, sehingga perlu ada perlakuan berbeda dalam kebijakan karantina wilayah bagi tenaga kesehatan,” katanya.
Sementara itu aktifis anak, Seto Mulyadi yang dikenal sebagai kak Seto juga mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan hak dan kebutuhan anak termasuk kebutuhan akan produk pangan anak seperti susu untuk anak.
Orang tua harus mudah mendapatkan akses untuk mencari produk susu anak. Pemerintah dan jajarannya harus memastikan pasokan pangan anak termasuk susu dijamin ketersediaannya mulai produksi, distribusi hingga di tempat penjualan.
“Anak adalah masa depan bangsa sehingga kita semua harus mendukung tumbuh kembangnya dalam kondisi apapun,” tutur kak Seto