Menurut Yuri, hal-hal seperti ini harus dijelaskan kepada masyarakat.
"Kita harus melihat bahwa vaksin Covid-19 jangan disikapi sebagai vaksin program (imunisasi). Ini outbreak respons ya. Tujuan dari vaksin Covid-19 memang untuk secepatnya memutus mata rantai penularan. Ini beda dengan vaksin program," ujar Yuri.
Pemberian vaksin Covid-19, dikatakan Yuri, nantinya dipengaruhi oleh kondisi epidemiologi dari virus itu sendiri.
"Ini yang harus kita pahami sehingga masyarakat mestinya dari awal sudah mulai kita beri info sebanyak-banyaknya soal ini," tambahnya.
Eks Jubir Gugas Penanganan Covid-19 itu mengatakan bahwa program imunisasi imunisasi bagi anak akan terus dilakukan, meskipun situasi pandemi Covid-19.
Vaksin Inggris
Kementerian Kesehatan atau Kemenkes menjajaki vaksin corona baru, dari yang selama ini sudah dikerjasamakan antara perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech Ltd, dengan BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero). Jika sudah diproduksi, vaksin corona hasil kerja sama Kemenkes dengan Imperial College London ini, diklaim lebih murah.
Plt. Kepala Balitbang Kemenkes, Slamet, mengatakan saat ini kerja sama dengan Imperial College London sedang dalam tahap pembahasan.
Vaksin corona buatan perguruan tinggi riset di Inggris itu, disebut sudah memasuki uji klinis tahap III dengan
melibatkan 1.200 relawan.
"Mengenai uji klinis vaksin COVID-19, Litbangkes kerja sama Imperial College London,
sedang tahap pembahasan. Pengadaan awal kuartal 1 2020," kata Slamet.
Menurutnya, vaksin corona tersebut diproyeksikan sudah bisa diedarkan pada awal
kuartal pertama 2021.
Perkiraan harga vaksin per dosis di kisaran antara 5 sampai 10 poundsterling atau setara Rp 97.000-194.000. Artinya harga untuk setiap orang bisa mencapai Rp 400.000 untuk dua kali vaksinasi. (tribun network/den/wly)