News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Ahli Virologi: Vaksin Sputnik V Sanggup Kalahkan Omicron dan Seefektif Booster Universal

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang petugas kesehatan menunjukkan botol vaksin Sputnik V di pusat vaksinasi untuk petugas kesehatan medis, di lapangan basket klub Argentina River Plate, di bawah tribun stadion Monumental, di Buenos Aires pada 2 Februari, 2020.

Menurut data Pfizer sendiri, yang diajukan oleh raksasa farmasi itu ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pada tahun lalu, kualitas perlindungan vaksinnya terhadap infeksi Covid-19 turun menjadi 43 persen dalam waktu 6 bulan setelah vaksinasi penuh.

Penguat Universal

Di sisi lain, ahli imunologi dan peneliti Prancis Cecil Czerkinsky juga menyambut baik hasil penelitian Spallanzani, yang secara meyakinkan menunjukkan bahwa adenovirus vectored Sputnik mampu meningkatkan respons antibodi penetral.

"Tidak hanya untuk Delta, namun juga untuk Omicron saat digunakan sebagai booster vaksin homolog yang berdiri sendiri dan sebagai booster dalam kombinasi dengan vaksin mRNA," tegas Czerkinsky.

Menurut peneliti, 'vaksinasi booster dengan vaksin mix & match, termasuk Sputnik Light, efisien dalam melawan mutasi' Omicron.

Termasuk lebih dari 30 mutasi yang terdeteksi pada glikoprotein S serta beberapa mutasi pada domain pengikatan reseptor (RBD) dan domain N-terminal dari glikoprotein S yang terkait dengan resistensi terhadap antibodi penetralisir (NtAb).

Sputnik Light telah mendapatkan persetujuan pada lebih dari 30 negara, termasuk sebagai booster untuk vaksin lainnya.

Vaksin ini telah disetujui penggunaannya di 71 negara, dengan total populasi lebih dari 4 miliar orang.

Tidak seperti Pfizer atau Moderna yang menggunakan teknologi mRNA, baik Sputnik V maupun Sputnik Light telah dikembangkan menggunakan platform vektor adenoviral manusia, yang telah ada selama 3 dekade.

Tidak seperti mRNA, vaksin berbasis vektor adenoviral sejauh ini tidak dikaitkan dengan efek samping serius yang jarang terjadi, seperti miokarditis dan perikarditis.

Berbeda dengan Pfizer, kedua vaksin Rusia itu dapat disimpan dan diangkut pada suhu +2 +8 Celcius, dan tidak memerlukan infrastruktur rantai dingin khusus untuk penyimpanan dan distribusinya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini