Pasien memiliki keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentang melupakan sesuatu atau melakukan sesuatu.
3. Pikiran yang Mengganggu
Biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atau seksual yang salah oleh pasien.
4. Simetri
Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi kelambanan.
Misalnya, pasien membutuhkan waktu berjam – jam untuk menghabiskan makanan atau bercukur.
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif harus ada hampir setiap hari, sedikitnya 2 minggu berturut – turut.
Gejala–gejala obsesif mencakup hal–hal berikut:
1. Penderita harus menyadari suatu hal sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
Paling tidak terdapat satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).
Pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
2. Ada kaitan erat antara gejala obsesif terutama pikiran obsesif dengan depresi
Penderita gangguan obsesif–kompulsif sering kali juga menunjukkan gejala depresi.
Adapun sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran–pikiran obsesif selama episode depresinya.
Dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibersamai secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.