News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perbedaan Gagal Jantung, Henti Jantung dan Serangan Jantung, Ini Penyebab dan Gejalanya

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi serangan jantung.

7. Pembengkakan perut;

8. Sesak napas;

9. Kaki dan pergelangan kaki bengkak;

10. Vena leher yang menonjol.

Baca juga: Cara Mudah Menjaga Kesehatan Ginjal Sekaligus Jantung Sesuai Saran Dokter

Baca juga: Ilmuwan Inggris Sebut Penderita Jantung Aman Berhubungan Intim

Ilustrasi Gagal Jantung (Tribun-Video.com)

Henti Jantung

Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung untuk memompa darah yang terjadi secara mendadak.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia menegaskan, angka kejadian henti jantung atau cardiac arrest ini berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang berusia dibawah 35 tahun dan per tahunnya mencapai sekitar 300.000-350.000 kejadian.

Hal ini menyebabkan kurangnya oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh terutama otak dan jantung itu sendiri.

Kurangnya oksigen ke otak, akan menyebabkan sel-sel otak mati, hilang kesadaran dan fungsi otak lainnya.

Pada jantung, sel-sel jantung akan kekurangan oksigen, dan akan mati.

Sel-sel yang telah mati tidak dapat dihidupkan kembali.

Jika tidak ditangani dengan cepat, maka dapat berujung pada kematian.

Penyebab Henti Jantung

1. Gangguan irama jantung;

2. Penyakit jantung koroner;

3. Abnormalitas lainnya pada jantung;

Penyebab lainnya dapat berupa:

4. Gangguan metabolik/elektrolit seperti kekurangan kalium dapat menyebabkan gangguan irama jantung;

5. Pemakaian obat-obatan;

6. Keracunan obat;

7. Trauma atau kecelakaan.

Gejala Henti Jantung

Tanda-tanda atau gejala gangguan irama jantung yang dapat menyebabkan henti jantung dapat dirasakan seperti pusing, atau rasa seperti mau pingsan, kehilangan keseimbangan tubuh.

Selain itu, pada sebagian orang juga bisa langsung terjatuh dan kehilangan kesadaran.

Saat sedang berpegian dan menemukan kerabat ataupun orang lain yang langsung jatuh tergeletak, cobalah untuk memanggil dan membangunkan orang tersebut.

Jika tidak kunjung bangun, panggil bantuan dan kalau bisa, lakukan pertolongan pertama yaitu kompresi jantung dan paru (CPR).

Baca juga: Penyakit Jantung Penyebab Meninggalnya Maura Putri Nurul Arifin Tak Kenal Usia, Waspada Gejalanya

Baca juga: Penyakit Jantung di Usia Muda: Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya

Serangan Jantung

Masih dari Healthline, istilah medis untuk serangan jantung adalah Infark Miokard.

Penyebab utama serangan jantung adalah penyakit jantung koroner.

Di sinilah plak menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung.

Penumpukan plak di arteri juga dikenal sebagai aterosklerosis.

Ada dua jenis utama serangan jantung, yakni:

- Serangan jantung tipe I, di mana plak di dinding bagian dalam arteri pecah dan melepaskan kolesterol dan zat lain ke dalam aliran darah.

Hal ini kemudian dapat membentuk bekuan darah dan menyumbat arteri.

- Serangan jantung tipe II, di mana jantung tidak menerima darah kaya oksigen sebanyak yang dibutuhkan, tetapi tidak ada penyumbatan total pada arteri.

Sementara itu, penyebab lain dari serangan jantung adalah pembuluh darah robek, spasme pembuluh darah, penyalahgunaan narkoba, hipoksia atau kekurangan oksigen dalam darah.

Gejala Serangan Jantung

Gejala umum untuk serangan jantung, adalah:

1. Nyeri dada atau ketidaknyamanan;

2. Sesak napas;

3. Nyeri di lengan, bahu, atau leher;

4. Mual;

5. Berkeringat;

6. Pusing dan kelelahan;

7. Nyeri tubuh bagian atas;

8. Kesulitan bernapas.

Beberapa orang mungkin mengalami campuran gejala serangan jantung tanpa memandang jenis kelamin.

Ada juga perbedaan spesifik jenis kelamin dalam gejala serangan jantung.

Wanita lebih mungkin mengalami gejala serangan jantung yang khas, seperti nyeri dada dan sesak napas.

Namun, pria lebih mungkin mengalami serangan jantung akibat pecahnya plak, sementara wanita cenderung lebih berisiko terkena penyakit arteri koroner non-obstruktif.

Tingkat estrogen yang lebih tinggi juga dapat mengurangi risiko seseorang terkena serangan jantung.

Akibatnya, wanita memiliki risiko lebih besar terkena serangan jantung setelah menopause daripada sebelumnya.

(Tribunnews.com/Latifah)

Artikel terkait lainnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini