Berdasarkan panduan IDAI jadwal vaksinasi varisela mulai anak umur 12-18 bulan.
Selanjutnya pada usia 1-12 tahun, vaksin varisela kembali diberikan dua dosis dengan interval 6 minggu sampai 3 bulan.
Jika anak sudah berusia lebih dari 13 tahun, maka diberikan dua dosis dengan interval empat sampai enam minggu.
Baca juga: Ahli Khawatir Cacar Monyet Bisa Jadi Penyakit Menular Seksual Baru di Amerika Serikat
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan jika Monkeypox jdu endemi di Afrika, semua kalangan yang memiliki kasus kontak erat dapat terinfeksi.
Lalu, ketika darurat kesehatan atau Public Health Emergency International Concern pada 70 negara, mayoritas memang terjangkit pada kelompok laki-laki penyuka sesama.
"Tentu harus dipahami bukan karena penyakit di kalangan guys. Tapi klusternya ada di situ. Itu terjadi karena kasus kontak, perilaku hubungan seksual tidak sehat, berganti pasangan ini yang dominan terjadi," ungkap Dicky.
Walaupun beberapa kasus memang sedikit terjadi pada perempuan dan anak. Saat ini yang cukup berisiko memang pada kelompok laki-laki penyuka sesama jenis dan memiliki pasangan berganti-ganti.
Kemudian juga termasuk para pengguna maupun pekerja seks komersial. Keduanya juga berisiko mengalami cacar monyet ini.
"Pasangan atau anggota keluarga yang memiliki perilaku seperti itu akan berisiko. Nah ini yang harus diwaspadai dengan cara membangun komunikasi risiko. Pada kelompok berisiko harus segera diberikan literasi dab divaksinasi untuk Monkeypox," kata Dicky lagi.
Sedangkan menurut Dicky, pada populasi umum sangat kecil kemungkinan terinfeksi.
Apalagi tidak ada kasus kontak. Hal ini menunjukkan potensi penularan bisa dicegah dengan hidup bersih dan aktivitas seksual yang sehat.
Selain itu, dari pemerintah perlu mengupayakan melakukan deteksi dini pada kelompok berisiko.
Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, menanggapi soal wabah cacar monyet atau Monkeypox yang telah ditetapkan sebagai darurat global oleh WHO.Menurutnya, pemerintah harus cepat merespons soal apa yang ditetapkan WHO tersebut.
"Karena kan dari beberapa kali ditemukannya di luar endemik Afrika ya, kemudian menyebar ke Eropa dan Amerika. Ini menunjukkan memang sebagai sebuah alarm untuk seluruh dunia termasuk Indonesia karena begitu cepat penularannya," kata Rahmad.