News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Indonesia Kini Punya Teknologi Bedah Robotik untuk Gangguan Prostat

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid berbicara mengenai teknologi bedah robotik untuk penanganan gangguan prostat

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Teknologi bedah robotik untuk penanganan gangguan prostat terus berkembang di seluruh dunia kini dapat dilakukan di Indonesia. 

Gangguan prostat merupakan salah satu gangguan terbanyak di bidang urologi yang terjadi pada pria dalam fase ini. 

Baca juga: 7 Gejala Kanker Prostat yang Perlu Diwaspadai, Diantaranya Disfungsi Ereksi

Sebagian besar berupa pembesaran prostat bersifat jinak atau Benign Prostate Hyperplasia (BPH) yang tidak mengancam nyawa tapi cukup mengganggu kualitas hidup pasien. 

Di lain pihak, meskipun tidak sebanyak pembesaran prostat jinak, pembesaran prostat yang bersifat ganas atau kanker prostat harus lebih diwaspadai. 

“Teknologi bedah robotik terus berkembang. Di Asia Pasifik, tren penggunaan teknologi robotik pada bidang kedokteran terus meningkat dari tahun 2010 sampai sekarang, terutama di bidang urologi. Di Indonesia, RSU Bunda Jakarta adalah pelopor teknologi bedah robotik ini," kata Dokter Spesialis Urologi RSU Bunda dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, dalam kegiatan virtual, Kamis (1/9/2022).

Ia mengatakan, teknologi bedah Robotik merupakan pengambilan prosedur jaringan pada sampel jaringan yang mencurigakan pada kelenjar prostat dengan bantuan robot yang mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan trauma jaringan.

Adapun manfaat pembedahan prostat melalui teknologi robotik sebagai berikut:

• Minimal invasif, sehingga pembedahan yang dilakukan tidak terlalu besar.

• Sebab prosesnya tidak melakukan pembedahan yang besar, darah yang hilang juga lebih sedikit.

• Luka yang sedikit juga akan membantu membuat pasien mengalami nyeri yang tidak terlalu sakit.

• Jaringan parut juga lebih minimal karena luka yang tidak terlalu berat dan lebar.

• Pemulihan bekas luka juga menjadi lebih cepat.

Sementara itu, tentang Pembesaran Prostat Jinak (PPJ), Dokter Spesialis Urologi RSU Bunda Jakarta Prof dr Ponco Birowo mengatakan, PPJ mempengaruhi banyak pria di seluruh dunia: pada tahun 2010, prevalensinya lebih dari 210 juta pria. Hampir 50 persen pria di atas usia 50 dan hingga 80 persen pria di atas usia 80 mengalami gejala PPJ. 

Baca juga: Cegah Kanker Prostat, Ketahui Frekuensi Ideal Berhubungan Intim dengan Pasangan

Prevalensi PPJ meningkat karena peningkatan faktor risiko metabolik yang dapat dimodifikasi, seperti obesitas.

Obesitas pria telah dikaitkan dengan peningkatan risiko PPJ dan peningkatan keparahan gejala pada pria yang terkena PPJ. 

Strategi untuk mengurangi risiko dan keparahan PPJ meliputi penurunan berat badan, peningkatan 
aktivitas fisik, dan pengurangan konsumsi kafein dan alkohol.

Baca juga: Rutin Memeriksaan Prostat, Salah Satu Cara Meningkatkan Angka Harapan Hidup Laki-Laki

Banyak metode pengobatan yang dapat dilakukan pada PPJ, yaitu terapi Farmakologis, terapi Pembedahan umumnya ditawarkan 
kepada pasien dengan PPJ persisten atau berat yang refrakter terhadap terapi Farmakologis. 

Selain itu, terapi Reseksi Prostat Transuretra (TURP) yang telah lama dianggap sebagai standar baku untuk 
perawatan bedah PPJ.

Ia melanjutkan, terdapat beberapa pengobatan dengan teknologi laser yang bisa gunakan diantaranya yaitu Holmium, Thulium dan Greenlight. Penggunaan laser bertenaga tinggi dan lebih efisien ini bergantung pada pengalaman operator seperti Terapi Enukleasi Laser Holmium (HoLEP) 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini