News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Alasan Mengapa Gula Bisa Membuat Ketagihan dan Cara Mengatasi Sugar Craving

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gula. Berikut penjelasan mengapa gula begitu adiktif atau membuat ketagihan, dan bagaimana kita bisa menyiasatinya agar tidak menjadi sugar craving?

TRIBUNNEWS.COM - Mengapa gula begitu adiktif atau membuat ketagihan, dan bagaimana kita bisa menyiasatinya agar tidak menjadi sugar craving?

Media sosial Twitter sempat ramai dengan obrolan seputar kasus yang dialami Esteh Indonesia yang dikritik oleh pelangganya.

Produk Chizu Red Velvet dari Esteh Indonesia dikritik oleh pelanggan karena rasanya terlalu manis.

Namun kritik itu berbuntut somasi dari pihak Esteh Indonesia dan akhirnya pelanggan itu meminta maaf.

Pelanggan itu sebelumnya mengatakan minuman dari Esteh Indonesia itu memiliki rasa hanya seperti gula yang dicampur dengan bahan kue.

Baca juga: Disomasi, Pengkritik Chizu Red Velvet Es Teh Indonesia Minta Maaf

Pihak Esteh Indonesia pun menanggapi bahwa pernyataan atas rasa manis pada produk adalah bersifat subjektif.

"Kami telah memberikan opsi lain sesuai kebutuhan dari konsumen (hak untuk memilih). Sehingga kurang pantas menyatakan bahwa produk Chizu Red Velvet (Minuman) seperti gula seberat 3 kg," tulis Esteh Indonesia.

Kritikan itu disebut Esteh Indonesia memiliki dasar informasi yang keliru dan menyesatkan konsumennya.

Prof Zubairi Djoerban, Ketua Satgas Covid-19 IDI pun turut berkomentar seputar gula dalam tubuh yang baik dikonsumsi.

Seseorang bisa mengalami sugar craving, yakni kondisi di mana seseorang memiliki keinginan untuk mengonsumsi sesuatu yang manis.

Menurutnya, ada beberapa seseorang bisa menjadi ketagihan gula, satu diantaranya adalah karena kebiasaan.

"Terkadang mengalami hal yang nagih itu tidak lain karena kebiasaan kita. Ketika ngambek dikasih permen. Minum es teh manis saat panas-panas. Merayakan usia baru dengan kue ulang tahun—yang kalau semuanya dikonsumsi berlebihan ya akan berbahaya," tulis Zubairi di akun Twitternya @Zubairi Djoerban.

Baca juga: Fakta-Fakta Es Teh Indonesia, Modal Awal Didirikan Rp 5 Juta dan Omset Melejit Setelah Jadi BUMN

Penyebab lain yakni ketika seseorang kurang tidur dan stress berkepanjangan.

"Kondisi itu bikin tubuh mengeluarkan hormon kortisol. Hormon kortisol ini meningkatkan keinginan kita untuk mengonsumsi makanan dan minuman manis," jelasnya.

Makan gula, kata Zubairi, bisa melepas dopamin dalam tubuh yang bisa memengaruhi rasa senang.

"Kenapa bisa jadi adiktif? Makan gula itu melepaskan dopamin dalam tubuh kita. Sehingga kita merasakan 'kesenangan', ingin mengulanginya lagi, dan frekuensinya akan makin meningkat," teranganya.

Zubairi juga membeberkan mengapa orang cenderung menganggap enteng gula.

Menurutnya, gula lebih bisa diterima secara sosial ketimbang alkohol, sehingga hal itu membuatnya lebih sulit dihindari.

Lantas bagaimana cara mengatasi sugar craving atau ketagihan gula?

Sebuah riset membuktikan, orang yang tidak mengonsumsi gula sama sekali selama dua minggu, bisa mengontrol keinginannya untuk konsumsi gula.

Cara lain yang bisa dilakukan mengatasi suar craving adalah dengan berpuasa. Bagi yang muslim bisa puasa Senin Kamis.

"Selanjutnya adalah membiasakan memuaskan hasrat gula dengan lebih sehat. Beralihlah ke wortel, labu, kelapa, pisang, anggur, atau kurma. Lalu, lakukan olahraga--yang melepaskan endorfin--sehingga Anda 'merasa baik' dan itu bisa membantu mengurangi keinginan Anda konsumsi gula," jelasnya.

Baca juga: Es Teh Indonesia Viral soal Kadar Gula, Berapa Batas Konsumsi Gula Setiap Hari? Ini Penjelasannya

Ia mengingatkan, batas asupan harian gula yang pas dan baik yakni tidak lebih dari 10 persen kebutuhan energi.

"Ini setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram per hari. Untuk pasien diabetes harus di bawah 4 sendok teh," lanjutnya.

Jika kandungan gula dalam tubuh berlebihan, akan menyebabkan kadar gula meningkat yang nantinya bisa berdampak pada kesehatan.

Kadar gula darah yang tinggi ini akan diubah oleh tubuh menjadi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas.

Dari kondisi obesitas itu, risiko terkena kanker, gangguan jantung, dan otak akan lebih besar.

"Gula tetap bermanfaat. Salah satu fungsinya dalam metabolisme tubuh adalah menyediakan energi untuk menggerakkan aktivitas kita. Tapi, upayakan mengonsumsi gula alami seperti buah dan jangan lengah terhadap gula tambahan," tandas Zubairi.

(Tribunnews.com/Tio)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini