WHO meminta para peneliti untuk melakukan evaluasi lebih mendalam tentang dampak potensial plastik terhadap kesehatan manusia dan mendesak penekanan angka polusi sampah plastik untuk lingkungan yang lestari.
"Kami sangat perlu mengetahui lebih banyak tentang dampak kesehatan dari mikroplastik, karena mereka ada di mana-mana," ujar Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat WHO, Maria Neira.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito juga mengakui belum ada standar kadar aman kandungan mikroplastik dalam minuman. Sebab, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia belum mengeluarkan batasan kandungan mikroplastik dalam standar air minum.
"Terkait dengan standar air minum, kami merujuk pada WHO. Karena kajian tentang itu belum ada, WHO pun baru mengeluarkan pernyataan untuk mencermati kembali temuan tersebut," katanya.
Peneliti kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andreas bahkan mengutarakan pihaknya sama sekali belum pernah melakukan penelitian terkait dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.
“Kalau terkait dengan dampak mikroplastik terhadap kesehatan di dalam darah itu belum pernah kita lakukan,” jelas Andreas.
Dosen dan profesor yang menekuni bidang Food Process and Engineering Laboratory di Institut Pertanian Bogor (IPB), Purwiyatno Hariyadi, juga mengatakan semua kemasan termasuk plastik mempunyai peranan sangat penting dalam melindungi produk yang dikemas baik terhadap kerusakan fisik (benturan, gesekan, goresan, dan lain-lain) maupun kerusakan kimia (karena bereaksi dengan oksigen dan air) dari lingkungan.
Kemasan pangan juga berfungsi mencegah terjadinya kontaminasi, baik kontaminasi karena mikroorganisme, serangga, binatang pengerat, ataupun bahan-bahan kimia pada produk pangan yang dikemas.
"Karena itu, pemilihan bahan pengemas yang tepat serta proses pengemasan yang baik sangat penting untuk menentukan masa kadaluarsa produk pangan yang dikemas," katanya.