News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

PB IDI Ungkap Penyebab Kenaikan Kasus Covid-19 di Asia Tenggara, Termasuk Indonesia

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penanganan pasien Covid di China.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus positif Covid-19 meningkat di sejumlah negara Asia Tenggara dalam beberapa pekan terakhir, antara lain Singapura, Malaysia dan Filipina. 

Di Singapura kasus meningkat hingga capai 22.094 kasus. 

Sedangkan di Malaysia pada November, hampir capai 4 ribu kasus. 

Adapun di Filipina dilaporkan terdapat 1.340 kasus positif Covid-19 dalam satu pekan terakhir. 

Bahkan, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dinyatakan positif terpapar Covid-19.

Sementara di Indonesia, tampak terjadi peningkatan kasus Covid-19 lebih 2 kali lipat. 

Pada Oktober 2023 ada 65 kasus dan naik menjadi 151 kasus pada November 2023.

Lantas, kenapa terjadi kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara Asia Tenggaran? 

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Erlina Burhan, SpP(K) mengatakan ada beberapa faktor penyebab peningkatan kasus Covid-19. 

Pertama, mobilitas manusia yang tinggi.

"Ternyata dari otoritas mengatakan mobilitas tinggi. Masyarakat sekarang sudah musim libur. Orang berkumpul bersama keluar, berlibur," ungkapnya dalam konferensi pers secara daring, dikutip Rabu (6/12/2023). 

Baca juga: Kemenkes Perketat Pengawasan di Pelabuhan dan Bandara Cegah Mycoplasma Pneumonia

Dan mobilisasi manusia pada momen libur Tahun Baru 2024 pun diprediksi akan sangat tinggi sehingga potensi penyebaran meningkat. 

Kedua, kadar antibodi masyarakat yang menurun.

Secara teori setelah 6 - 12 bulan terjadi penurunan antibodi usai pemberian vaksin. 

Ketiga, mulai marak penyebaran subvarian baru yaitu EG.5 dan HK.3.

Disebutkan, kedua subvarian ini telah mendominasi kasus Covid-19 di Singapura yang mencapai 70 persen. 

Di Indonesia sendiri sudah ditemukan subvarian EG.5 sejak Juli 2023 dan telah mencapai hampir 20 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini